Asal Usul Teluk Kijing : Desa Tua di Tepi Sungai Musi dengan Legenda Puyang Candih di Musi Banyuasin !

Kamis 17 Oct 2024 - 08:46 WIB
Reporter : Maryati
Editor : Robiansyah

Asal-Usul dan Legenda Teluk Kijing

Seperti banyak desa di Indonesia, Teluk Kijing memiliki cerita asal-usul yang diwariskan secara turun-temurun.

Kisah Puyang Candih, seorang tokoh legendaris yang dianggap sebagai pendiri desa, sangat terkenal di kalangan penduduk setempat.

Puyang Candih, atau dikenal dengan nama Ki Abdullatif bin H. Somad binti Halimah, dikatakan sebagai sosok yang pertama kali menetap di wilayah ini.

Makam Puyang Candih terletak tidak jauh dari pertemuan antara Sungai Musi dan Sungai Batang Hari Leko, dan dipercaya sebagai tempat yang memiliki kekuatan spiritual.

Legenda Puyang Candih terkait erat dengan penemuan batu bata berbentuk candi di sekitar makamnya.

Batu bata tersebut dianggap sebagai sisa-sisa dari sebuah bangunan candi kuno yang pernah berdiri di daerah tersebut.

Hingga kini, masyarakat Desa Teluk Kijing masih mempercayai kisah-kisah mistis yang berkaitan dengan Puyang Candih.

Termasuk suara gong misterius yang sering terdengar di sekitar Sungai Musi, yang dianggap sebagai tanda bencana atau pertanda buruk.

Masyarakat Desa Teluk Kijing juga memiliki cerita rakyat lain yang berhubungan dengan gong misterius yang konon pernah hilang.

Pada tahun 1992, banyak penduduk melaporkan mendengar suara keras mirip gong dari arah Sungai Musi, tidak jauh dari makam Puyang Candih.

Tak lama setelah itu, terjadi kebakaran besar yang membakar puluhan rumah di desa tersebut.

Kejadian ini memperkuat kepercayaan masyarakat bahwa suara gong tersebut adalah pertanda akan terjadinya bencana besar.

Selain itu, ada juga cerita tentang perahu nelayan yang tenggelam setelah menangkap rantai emas yang diyakini sebagai bagian dari gong yang hilang.

Cerita ini menunjukkan bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap tanda-tanda alam dan legenda lokal masih sangat kuat.

Hingga kini, suara gong yang misterius tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat desa, dan mereka menganggapnya sebagai peringatan terhadap bencana yang mungkin akan datang.

Kategori :