Kenaikan harga minyak dunia yang terus terjadi dalam beberapa bulan terakhir bisa memberikan tekanan tambahan pada perekonomian Indonesia, terutama dalam hal neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.
Indonesia sebagai importir minyak harus mengeluarkan lebih banyak rupiah untuk membayar impor minyak mentah dan produk energi lainnya.
Hal ini berpotensi memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah di masa mendatang, jika harga minyak terus naik.
Meski penguatan rupiah hari ini cukup signifikan, para ekonom memperingatkan bahwa tantangan masih tetap ada.
Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu ke depan adalah ketidakpastian dari kebijakan moneter The Fed.
Selain itu, perkembangan inflasi global, serta kondisi geopolitik internasional yang dapat memicu gejolak di pasar keuangan.
Salah satu tantangan besar bagi rupiah adalah potensi kenaikan suku bunga global, terutama dari The Fed, yang dapat menyebabkan penguatan kembali dolar AS dan melemahkan mata uang negara-negara berkembang.
Selain itu, ketidakpastian dari perang dagang antara AS dan China serta konflik di Timur Tengah juga dapat memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
Namun, dengan kebijakan yang proaktif dari Bank Indonesia dan stabilitas fundamental ekonomi Indonesia, ada harapan bahwa rupiah dapat terus stabil atau bahkan mengalami penguatan lebih lanjut.
BI telah menegaskan komitmennya untuk terus menjaga stabilitas pasar uang melalui berbagai instrumen moneter yang dimiliki, termasuk intervensi pasar jika diperlukan.
David Sumual menambahkan bahwa jika inflasi dalam negeri tetap terkendali dan aliran modal asing terus mengalir masuk, rupiah bisa menguat lebih jauh.
"Yang penting adalah menjaga agar fundamental ekonomi tetap solid. Jika inflasi rendah, suku bunga stabil, dan investor tetap percaya pada pasar Indonesia, maka kita bisa melihat rupiah terus bertahan di level yang lebih kuat," ujarnya.
Penguatan nilai tukar rupiah sebesar 80 poin pada Rabu pagi ini menjadi sinyal positif di tengah tantangan global yang terus berlanjut.
Meskipun demikian, risiko-risiko eksternal seperti kebijakan moneter The Fed, harga energi, dan kondisi geopolitik internasional tetap menjadi faktor yang harus diwaspadai.
Para pelaku pasar dan pemerintah diharapkan dapat terus bekerja sama untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia, sehingga nilai tukar rupiah dapat tetap berada dalam posisi yang aman dan menguntungkan bagi perekonomian nasional.
Dalam waktu dekat, perkembangan dari kebijakan bank sentral, baik di Indonesia maupun di negara-negara maju seperti AS, akan menjadi kunci utama dalam menentukan arah pergerakan nilai tukar rupiah.