Para investor saat ini cenderung menunggu keputusan penting dari Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada minggu depan.
Keputusan ini akan memberikan arahan mengenai kebijakan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS, The Fed.
“Penguatan rupiah akan terbatas karena investor cenderung masih menantikan hasil pertemuan FOMC untuk melihat arah kebijakan suku bunga acuan The Fed,” kata Lukman.
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 30 Agustus 2024 : Melemah 35 Poin Menjadi Rp15.459 per Dolar AS
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 28 Agustus 2024 : Turun 14 Poin Menjadi Rp15.509 per Dolar AS
Dalam rapat tersebut, The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps), yang berpotensi mempengaruhi nilai tukar dolar AS dan, secara tidak langsung, berdampak pada rupiah.
Dalam hal ini, analisis teknikal dan fundamental menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang antara Rp15.350 per dolar AS sampai dengan Rp15.450 per dolar AS.
Rentang ini mencerminkan ketidakpastian pasar terkait dengan kebijakan moneter AS dan hasil pemilihan presiden yang akan datang.
Penguatan rupiah pada pagi hari ini menunjukkan dampak positif dari sentimen global dan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter AS.
Namun, pelaku pasar tetap harus waspada terhadap perkembangan selanjutnya, baik dari hasil pemilihan presiden AS maupun keputusan kebijakan The Fed yang dapat mempengaruhi pasar valuta asing secara signifikan.
Dalam konteks ini, para investor disarankan untuk memantau perkembangan ekonomi global dan hasil keputusan penting dari FOMC serta hasil pemilihan presiden AS untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai arah pergerakan nilai tukar rupiah di masa depan.
Selain pengaruh dari Pilpres AS dan kebijakan suku bunga The Fed, nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi lainnya.
Salah satunya adalah data ekonomi domestik dan kebijakan ekonomi pemerintah Indonesia.
Perubahan dalam data ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan neraca perdagangan, dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap mata uang rupiah.
Selain itu, faktor eksternal seperti harga komoditas internasional dan kondisi ekonomi global juga mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
Fluktuasi harga minyak dunia, misalnya, dapat berdampak pada neraca perdagangan Indonesia dan, pada gilirannya, mempengaruhi nilai tukar rupiah.