Di tengah perjuangan hidupnya, Aprizal tidak pernah melupakan pentingnya pendidikan.
Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas Sjakhyakirti Palembang.
Semangat belajarnya tidak pernah padam, bahkan ia berhasil melanjutkan pendidikan hingga jenjang magister di Universitas Tridinanti Palembang.
Perjalanan akademik ini dijalani dengan penuh tantangan, terutama karena ia harus bekerja untuk membiayai pendidikannya sendiri.
Namun, berkat tekad yang kuat dan kerja keras, Aprizal berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan baik, sekaligus membuktikan bahwa tidak ada halangan yang terlalu besar jika seseorang memiliki kemauan yang kuat.
Karier birokrasi Aprizal dimulai dengan penuh perjuangan.
Pada awal kariernya, ia bekerja sebagai Tenaga Kerja Sukarela (TKS) dengan gaji yang sangat minim. Meskipun hanya mendapatkan gaji yang tidak seberapa, Aprizal tidak pernah mengeluh.
Pada tahun 1994, kesempatan besar datang ketika ia berhasil lolos seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Ia ditempatkan di Belitung, sebuah daerah yang jauh dari kampung halamannya.
Saat pertama kali menjadi PNS, Aprizal menerima gaji sebesar Rp 50 ribu ditambah 10 kilogram beras.
Meskipun jumlahnya terbatas, ia selalu bersyukur dan berusaha memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya.
Dedikasinya terhadap tugas membuatnya terus dipercaya untuk menduduki berbagai jabatan strategis.
Perjalanan karier Aprizal Hasyim di dunia birokrasi tidak berlangsung cepat, namun selalu diiringi oleh ketekunan dan kejujuran.
Kariernya dimulai sebagai kepala seksi ketertiban (tantrib) di kecamatan, lalu terus menanjak hingga dipercaya untuk menduduki posisi-posisi penting lainnya.