Wahyu juga menekankan pentingnya kestabilan harga yang berhasil dijaga oleh pemerintah.
Hal ini secara langsung mempengaruhi daya beli masyarakat, khususnya kelompok miskin, yang mayoritas pengeluarannya tertuju pada kebutuhan makanan pokok.
"Dengan harga yang stabil, konsumsi masyarakat tetap terjaga, dan ini sangat berpengaruh pada penurunan angka kemiskinan," tambahnya.
BACA JUGA:9 Provinsi dengan Perkebunan Sawit Paling Luas di Indonesia : Sumatera Selatan Termasuk !
Namun, meskipun ada penurunan, beberapa komoditas masih menjadi penyumbang utama kemiskinan di Sumsel.
Wahyu menyebutkan bahwa beras, rokok, daging ayam ras, telur ayam ras, dan mi instan merupakan lima komoditas utama yang berkontribusi terhadap angka kemiskinan.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah konsumsi rokok yang tinggi di kalangan masyarakat miskin.
Jika bisa digantikan dengan makanan bergizi, angka kemiskinan mungkin bisa lebih cepat turun.
Ia juga menegaskan bahwa penurunan kemiskinan memerlukan kolaborasi banyak pihak.
"Penanganan kemiskinan bukan hanya tanggung jawab Dinas Sosial, tetapi juga pemerintah provinsi, kabupaten, kota, dan seluruh elemen masyarakat," jelasnya.
Penjabat (PJ) Gubernur Sumatera Selatan, Elen Setiadi, turut menyambut baik pencapaian ini.
Ia menyebutkan bahwa penurunan angka kemiskinan sebesar 60 ribu orang dalam setahun merupakan pencapaian yang signifikan.
"Kami menjadi salah satu dari tiga provinsi dengan penurunan angka kemiskinan tertinggi secara nasional," ungkap Elen.
Namun, ia juga menyoroti bahwa masih ada tantangan besar, yakni jumlah penduduk miskin yang masih mencapai hampir satu juta orang.
"Saat ini masih ada 984 ribu penduduk miskin di Sumsel, dan ini menjadi tugas kami untuk terus menurunkan angka tersebut,'' tegasnya.