"Permintaan akan akomodasi eksklusif di Bali terus meningkat. Kami percaya bahwa merek The Lavana akan menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan kami di Indonesia," jelas Amit Saberwal.
RedDoorz telah mengimplementasikan berbagai inisiatif strategis untuk mencapai target tersebut.
Salah satunya adalah adopsi kecerdasan buatan (AI) dalam berbagai aspek operasional, seperti penetapan harga, manajemen keuangan, dan sistem pelayanan tamu.
BACA JUGA:Pengguna QRIS di Sumsel Capai 1,35 Juta Orang : Tren Peningkatan dan Dampaknya terhadap UMKM Lokal !
BACA JUGA:Shopee PayLater: Memudahkan Pembelian dengan Pembayaran Tunda
Penggunaan AI ini memungkinkan RedDoorz untuk memberikan harga yang lebih kompetitif dan optimal, sesuai dengan permintaan pasar.
Selain The Lavana, RedDoorz juga berfokus pada pengembangan merek premium lainnya, seperti SANS dan URBANVIEW.
Kedua merek ini telah mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 1,3 hingga 1,5 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
SANS dan URBANVIEW menawarkan pengalaman menginap yang lebih berkelas dan ditujukan untuk segmen pasar menengah atas.
Dalam rangka memperluas jangkauan pasar, RedDoorz tidak hanya mengandalkan pertumbuhan organik.
Perusahaan juga terbuka terhadap peluang merger dan akuisisi (M&A) di pasar Asia-Pasifik.
Thailand menjadi salah satu negara yang sedang diincar oleh RedDoorz sebagai pasar potensial.
"Kami ingin memasuki pasar yang lebih luas di Asia-Pasifik. Thailand adalah salah satu negara yang kami lihat memiliki potensi besar, dan kami sedang menjajaki peluang M&A di sana," kata Amit Saberwal.
Strategi M&A ini diharapkan dapat memperkuat posisi RedDoorz sebagai pemimpin pasar akomodasi di kawasan Asia-Pasifik.
Sekaligus mempercepat pertumbuhan perusahaan di luar pasar inti seperti Indonesia dan Filipina.
Meskipun pertumbuhan yang pesat, RedDoorz juga dihadapkan pada tantangan di segmen hotel budget, terutama pasca pandemi COVID-19.