Allah berfirman dalam ayat lain:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah hanya kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Ibadah tidak hanya mencakup ritual keagamaan, tetapi juga mencakup segala aktivitas yang dilakukan dengan niat untuk mendapatkan ridha Allah.
Dengan kata lain, setiap aspek kehidupan, termasuk urusan dunia, seharusnya diorientasikan untuk meraih kebahagiaan akhirat.
Dalam doa yang sangat masyhur di kalangan umat Islam, yakni "Doa Sapu Jagat", terdapat isyarat penting mengenai prioritas kehidupan akhirat:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, juga kebaikan di akhirat. Dan peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201).
Doa ini memuat tiga permintaan: satu untuk kehidupan dunia dan dua untuk kehidupan akhirat. Ini adalah isyarat kuat bahwa kehidupan akhirat seharusnya lebih dipikirkan dan diutamakan.
Dunia memang penting, tetapi hanya sebagai tempat persiapan untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya, yaitu di akhirat.
Mengingat pentingnya prioritas akhirat, kita harus bertanya kepada diri sendiri: pantaskah kita menyeimbangkan antara tujuan utama kita dengan hal-hal lain? Tentu saja tidak.
Karena tujuan utama kita adalah untuk beribadah kepada Allah dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat, maka seharusnya akhiratlah yang kita dahulukan dalam segala aspek kehidupan kita.