Desa ini memiliki populasi sekitar 2.595 jiwa dan mayoritas penduduknya beragama Islam.
Dalam hal sarana pendidikan dan keagamaan, Desa Rantau Bayur sedikit lebih baik dibandingkan dengan Tebing Abang.
Namun, desa ini juga menghadapi tantangan serupa dalam hal infrastruktur dan akses layanan publik.
Sejarah Desa Rantau Bayur mencerminkan dinamika sosial dan budaya yang kompleks.
Desa ini dikenal dengan nama Pondok di masa lalu, mencerminkan adanya migrasi penduduk dari berbagai daerah.
Informasi mengenai tahun berdirinya desa ini sulit ditemukan, yang menambah keunikan dan kompleksitas sejarahnya.
Penemuan cadangan batu bara sebesar 72 juta ton di dua desa kecil ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dan provinsi.
Pengembangan tambang batu bara dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan daerah, dan mendorong investasi di sektor-sektor terkait seperti infrastruktur dan layanan publik.
Namun, pengembangan tambang batu bara juga membawa berbagai tantangan dan risiko.
Masalah lingkungan, seperti kerusakan ekosistem dan pencemaran tanah dan air, harus menjadi perhatian utama.
Selain itu, terdapat kebutuhan untuk memastikan bahwa keuntungan dari penambangan dapat dirasakan oleh masyarakat lokal dan tidak hanya dinikmati oleh pihak-pihak tertentu.
Untuk memastikan bahwa potensi tambang batu bara di Kabupaten Banyuasin dapat dimanfaatkan secara optimal, beberapa langkah penting perlu diambil:
1. Studi Lingkungan
Melakukan studi dampak lingkungan secara menyeluruh untuk mengidentifikasi potensi risiko dan merancang strategi mitigasi.
2. Pembangunan Infrastruktur
Memperbaiki infrastruktur di desa-desa yang terkena dampak untuk memastikan bahwa peningkatan ekonomi dapat diimbangi dengan perbaikan kualitas hidup masyarakat.