Jika yang ditunjuk adalah sosok yang dekat dengan kekuatan tertentu di luar Golkar, maka kecurigaan tentang adanya intervensi eksternal akan semakin kuat.
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Golkar; dan ketiga, akan melakukan penjadwalan rapat pimpinan nasional serta musyawarah nasional luar biasa untuk memilih Ketua Umum definitif yang baru.
Ketua DPP Partai Golkar, Meutya Hafid, dalam pernyataannya menegaskan bahwa rapat pleno akan dilaksanakan dengan semangat musyawarah mufakat, tanpa adanya pemungutan suara yang bisa memecah belah partai.
Ia berharap agar para kader Golkar dapat tetap bersatu dan mendukung keputusan yang akan diambil.
"Suasana di internal partai saat ini cukup sensitif, dan kami harus memastikan bahwa segala keputusan diambil dengan mempertimbangkan kepentingan partai secara keseluruhan. Pemilihan Plt Ketua Umum tidak boleh dilakukan dengan voting, tetapi melalui musyawarah mufakat," kata Meutya.
Setelah pengunduran diri Airlangga, sejumlah nama mulai bermunculan sebagai kandidat pengganti.
Salah satu nama yang paling santer disebut adalah Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Agus Gumiwang Kartasasmita.
Agus, yang memiliki pengalaman politik panjang dan kedekatan dengan Airlangga, dianggap sebagai sosok yang mampu menjaga kesinambungan kepemimpinan di Golkar.
Selain Agus, nama lain yang juga mencuat adalah Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi yang juga merupakan kader Golkar.
Namun, Ketua Bidang Organisasi DPP Partai Golkar, Zulfikar Arse Sadikin, menyatakan bahwa sesuai aturan internal partai, Kahar Muzakir, yang saat ini menjabat sebagai Koordinator Bidang Kepartaian, adalah sosok yang paling layak untuk mengisi posisi Pelaksana Tugas Ketua Umum.
Zulfikar menegaskan bahwa penunjukan Kahar sudah sesuai dengan Peraturan Organisasi dan Petunjuk Pelaksana Partai Golkar.
"Plt Ketua Umum harus segera ditunjuk untuk memastikan keberlangsungan kepengurusan partai. Berdasarkan aturan yang ada, Koordinator Bidang Kepartaian adalah yang paling tepat untuk mengisi posisi ini, dan itu adalah Kahar Muzakir," ujar Zulfikar.
Dengan demikian, Kahar Muzakir diharapkan dapat segera mengambil alih kepemimpinan Golkar sebagai Plt Ketua Umum hingga partai menggelar musyawarah nasional luar biasa untuk memilih Ketua Umum yang baru.
Pengunduran diri Airlangga Hartarto menandai babak baru dalam sejarah Partai Golkar.
Sebagai salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia, Golkar memiliki peran penting dalam peta politik nasional.
Namun, dengan mundurnya Airlangga, masa depan Golkar menjadi topik yang penuh dengan ketidakpastian.