Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah Golkar akan tetap menjadi kekuatan politik yang kuat di bawah kepemimpinan baru atau justru mengalami penurunan pengaruh.
Keputusan-keputusan yang akan diambil dalam rapat pleno dan musyawarah nasional luar biasa mendatang akan sangat menentukan arah masa depan partai ini.
Pengamat politik dari ISEAS-Yusof Ishak Institute, Made Supriatma, menambahkan, bahwa Golkar harus segera menentukan arah yang jelas untuk menjaga soliditas dan kekuatannya.
Jika tidak, partai ini bisa saja terguncang oleh persaingan internal dan kehilangan dukungan di kalangan pemilih.
Sementara itu, publik masih menunggu apakah Airlangga akan benar-benar meninggalkan panggung politik atau justru muncul kembali dengan peran yang berbeda.
Sejarah politik Indonesia menunjukkan bahwa para politisi yang dianggap tersingkir sering kali kembali dengan kekuatan baru, dan hal ini bisa saja terjadi pada Airlangga.
Keputusan ini menimbulkan berbagai spekulasi mengenai adanya tekanan eksternal, bahkan keterlibatan kekuatan besar di balik layar.
Namun, hingga saat ini, kebenaran di balik keputusan tersebut masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.
Di sisi lain, Golkar sebagai partai politik besar di Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk menjaga stabilitas dan kekuatannya di bawah kepemimpinan yang baru.
Masa depan partai ini akan sangat bergantung pada keputusan-keputusan strategis yang akan diambil dalam waktu dekat, terutama dalam penentuan Plt Ketua Umum dan pemilihan Ketua Umum definitif.
Dalam politik, seperti dalam hidup, tidak ada yang abadi.
Pergantian kepemimpinan adalah hal yang wajar, namun bagaimana proses itu terjadi dan apa dampaknya terhadap masa depan partai serta negara, itulah yang akan selalu menarik perhatian banyak pihak.