Penurunan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi sektor pertanian dalam mempertahankan daya saingnya di pasar global.
Wahyu Yulianto menjelaskan bahwa sektor pertanian mengalami kesulitan dalam hal produktivitas dan pasar.
"Sektor pertanian perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat beradaptasi dengan perubahan pasar dan meningkatkan daya saingnya. Kami terus bekerja sama dengan pihak terkait untuk mencari solusi agar sektor ini dapat pulih dan tumbuh kembali," ujarnya.
Secara kumulatif, struktur ekspor menurut sektor untuk periode Januari hingga Juni 2024 menunjukkan bahwa sektor industri masih menjadi penyumbang terbesar.
Berdasarkan data yang ada, sektor industri menyumbang 49,38 persen dari total ekspor, diikuti oleh sektor pertambangan dengan kontribusi sebesar 41,70 persen.
Sektor migas memberikan kontribusi sebesar 8,11 persen, sedangkan sektor pertanian hanya menyumbang 0,81 persen.
Struktur ini menggambarkan pergeseran dalam komposisi ekspor Sumatera Selatan, dengan sektor industri dan pertambangan menjadi penggerak utama ekonomi ekspor.
Ke depannya, upaya untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian akan menjadi fokus penting dalam strategi ekspor daerah.
Tiongkok menjadi negara tujuan ekspor terbesar bagi Sumatera Selatan.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh BPS, ekspor ke Tiongkok mencapai 36,24 persen dari total ekspor Sumatera Selatan.
Komoditas utama yang dikirim ke Tiongkok mencakup bubur kertas, lignit, dan batubara.
Bubur kertas mendominasi dengan nilai ekspor mencapai 474,02 juta dolar AS, diikuti oleh lignit sebesar 448,01 juta dolar AS, dan batubara sebesar 59,53 juta dolar AS.
"Pasar Tiongkok merupakan pasar yang sangat penting bagi ekspor Sumatera Selatan. Kami akan terus memperkuat hubungan perdagangan dengan negara ini dan menjajaki peluang pasar lainnya untuk diversifikasi ekspor," tambah Wahyu.
Melihat performa ekspor yang bervariasi di berbagai sektor, BPS bersama dengan pemerintah daerah dan pelaku industri akan fokus pada beberapa strategi untuk meningkatkan kinerja ekspor.
Pertama, meningkatkan daya saing sektor pertanian dengan inovasi dan teknologi yang lebih baik.
Kedua, memperkuat posisi sektor industri melalui dukungan kebijakan yang menguntungkan dan peningkatan kualitas produk.