Menko Airlangga Pimpin Apel Siaga Karhutla di Sumsel : Sampaikan 10 Arahan Presiden !

Sabtu 20 Jul 2024 - 18:25 WIB
Reporter : Erika
Editor : Maryati

PALEMBANG, KORANPALPOS.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memimpin apel dan simulasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan pada Sabtu. 

Acara ini diadakan di Palembang dan dihadiri oleh berbagai unsur pemerintahan, TNI, Polri, serta masyarakat setempat.

Dalam apel tersebut, Airlangga menekankan bahwa karhutla memiliki dampak merugikan yang sangat luas, mulai dari kesehatan, transportasi, hingga sosial ekonomi. 

"Karhutla dapat menyebabkan kabut asap yang merugikan berbagai sektor. Gangguan pada jalur transportasi misalnya, bisa mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat," ujar Airlangga.

BACA JUGA:Kelola Keuangan Dengan Baik, Polres Prabumulih Raih Penghargaan Sempurna dari Kapolri

BACA JUGA:4 Penjabat Bupati di Sumatera Selatan Diganti : Berikut Jadwal Pelantikan dan Alasan Penggantian !

Dampak kerugian ekonomi akibat karhutla di Sumatera Selatan pada tahun 2022 mencapai Rp42,7 miliar. Kabupaten Ogan Komering Ilir menjadi daerah dengan kerugian terbesar, mencapai Rp114 miliar. 

"Ini menunjukkan betapa pentingnya langkah-langkah pencegahan karhutla yang efektif dan berkelanjutan," kata Airlangga.

Airlangga menyampaikan sepuluh arahan penanganan karhutla di Sumatera Selatan, yang sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo dalam Rakornas Pengendalian Karhutla. 

Arahan ini meliputi berbagai aspek mulai dari pencegahan hingga penegakan hukum.

BACA JUGA:PTPN I Reg 7 Dorong Wujudkan Swasembada Gula

BACA JUGA:15 Hektar Lahan Gambut di Medak Bayung Lencir Terbakar

1. Pencegahan Sebelum Terlambat: Pencegahan karhutla harus menjadi prioritas utama. "Upaya pencegahan karhutla perlu diprioritaskan agar tidak terlambat," kata Airlangga.

2. Manajemen Lapangan Terpadu: Manajemen lapangan harus terkonsolidasi dan terorganisasi dengan baik. "Apabila suatu desa terjadi karhutla atau ada api kecil, harus segera diinformasikan agar bisa ditangani di depan," jelasnya.

3. Deteksi Dini dan Pemantauan Hotspot: Semua unsur harus bergerak untuk melakukan deteksi dini dan pemantauan area rawan titik panas (hotspot). "Pemantauan harus dilakukan secara terus-menerus," tambah Airlangga.

Kategori :