Berubah atau Punah, Slogan atau Ancaman?
"Berubah atau Punah”, Slogan atau Ancaman?-Foto: Andi F-
Mungkin asumsi ini ditolak oleh sebagian orang, tetapi sulit untuk menolak bahwa slogan sekeras itu muncul pada masa-masa bahagia.
Lalu, apakah kemunculan slogan yang menyiratkan makna “sedang tidak baik-baik saja” ini tidak baik bagi perusahaan?
Bagi penulis, ini adalah revolasi mental dan moral bagi kita untuk melakukan perubahan sebagaimana yang sedang digencarkan oleh pemegang saham perusahaan ini.
BACA JUGA:Daftar 7 Daerah Penghasil Nanas Terbesar di Sumatera Selatan : Ternyata Juaranya Bukan Prabumulih !
Yakni, PTPN III Holding yang sedang melakukan transformasi bisnis fundamental dengan berbagai aksi korporasinya.
Sebagai slogan, “Berubah atau Punah” adalah terapi kejut yang berdaya ledak tinggi.
Orang ataupun sistem yang berani menggunakan metode ini pada umumnya adalah yang mengetahui kondisi dalam organ “tubuhnya” secara detail dan komprehensif.
Seperti orang yang kena stroke, dia berani mempertaruhkan tubuhnya “disetrum” dengan tegangan listrik demi bisa sehat kembali.
BACA JUGA:Daftar 7 Daerah Penghasil Nanas Terbesar di Sumatera Selatan : Ternyata Juaranya Bukan Prabumulih !
Tentu, sang penekan tombol saklarnya adalah orang yang memiliki kompetensi, pengalaman, dan perhitungan yang terukur.
Sebagaimana Bung Tomo ketika meneriakkan “Merdeka atau Mati!” pun sudah melakukan riset tentang metode atau terapi apa yang pas untuk menggerakkan rakyat Surabaya melawan Inggris, saya kira demikian pula dengan para petinggi PTPN I Regional 7.
Mereka telah memiliki mitigasi fisik dan psikis tentang efektivitas dan risiko ketika slogan itu diluncurkan.
Dari sisi makna, pemakaian kata keras untuk suatu slogan memang banyak dihindari.