Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (Bagian 11)
Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan-Foto: Istimewa-
Pertarungan Kepentingan di Balik Pergantian Gubernur
SEBELUM para gubernur kembali ke tempat masing-masing, Muawiyah yang seakan punya firasat buruk mengajak Utsman untuk memindahkan ibu kota ke Damaskus.
Namun, lagi-lagi Utsman menolak dengan alasan ia tak berani meninggalkan kota yang telah dipilih Rasul sebagai markas Muslimin.
Muawiyah kemudian menawarkan tentara Damaskus berjaga-jaga di Madinah, sebab Madinah tak memiliki militer yang kuat, dan Utsman tetap menolak juga, khawatir keberadaan tentara kian memperuncing keadaan, lagi pula warga Madinah tak nyaman dengan kehadiran militer.
Dari sekian kota besar, negeri Syam adalah wilayah yang paling kuat meredam arus fitnah.
BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (10)
BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (9)
Warga Syam rela dan puas dengan kepemimpinan Muawiyah, menandai cakapnya kepemimpinan Muawiyah.
Tak pelak, Muawiyah dianggap sebagai gubernur terkuat dan paling berpengaruh di masa Utsman.
Apa yang dikhawatirkan Muawiyah benar-benar terjadi, kaum pemberontak dari Mesir, Basrah, dan Kufah mendatangi Madinah.
Selanjutnya rumah Utsman dikepung berhari-hari hingga ia dibunuh Ghafiki bin Harb dan Sudan bin Hamran dalam keadaan berpuasa dan memegang mushaf.
BACA JUGA:Kisah Muawiyah bin Abu Sufyan (8)
BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (7)
Sementara istri Utsman, Nailah, jari-jarinya putus ketika menangkis pedang pemberontak.
Utsman bin Affan syahid di usia 82 tahun, pada 18 Dzulhijjah 35 H/656 M, setelah memerintah sepanjang 12 tahun.
Akibat fitnah, darah Utsman mengalir deras, namun rupanya darah Utsman menjadi gerbang dari rentetan derasnya darah Muslimin di kemudian hari.