Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (Bagian 11)
Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan-Foto: Istimewa-
Lima hari setelah terbunuhnya Utsman, baru kaum Muslimin memiliki khalifah lagi yaitu Ali bin Abi Thalib.
BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (6)
BACA JUGA:Kiat Kesehatan Gigi dan Mulut Selama Puasa
Madinah secara militer masih dikuasai pihak pemberontak, Ali yang awalnya menolak, namun setelah didesak banyak sahabat dan melihat maslahat, akhirnya menerima juga beban yang teramat berat ini.
Menurut pandangan Ali, segala carut-marut fitnah bisa diredam lewat pergantian gubernur Utsman.
Gebrakan pertamanya ini sempat dinasihati sahabat Abdullah bin Abbas dan Mughirah bin Syu’bah agar ditangguhkan, menunggu sampai keadaan tenang dan warga kota besar tunduk padanya.
Namun Ali berkeras untuk menyegerakannya, walhasil ada beberapa gubernur yang menolak, salah satunya Muawiyah bin Abu Sufyan di Syam.
Muawiyah berpendapat para pembunuh Utsman diadili terlebih dulu baru ia membaiat Ali sebagai khalifah.
Keduanya saling berijtihad.
Meskipun mengakui derajat dan agungnya Ali, Muawiyah sebagai gubernur Utsman merasa paling berhak menuntut darah Utsman.
Lagi pula, Syam berada di perbatasan dengan Romawi, sementara rakyat Syam sepakat tak membaiat Ali, sangatlah berbahaya meninggalkan Syam sementara Romawi terus menguntit perpecahan Muslimin.
Adapun Ali sendiri, merasa belum punya kekuatan memvonis pembunuh Utsman, jumlah mereka ribuan, datang dari belahan kota besar, dan saat itu memiliki koordinasi militer yang rapi.
Hal yang paling baik adalah mengganti pucuk pimpinan gubernur sesuai dengan orang pilihannya.
Baru setelah itu pembunuh Utsman diadili. Sebagai kaum Muslimin tentu saja kita berharap, andai saja Muawiyah mau taat pada Ali, rela melepas jabatan laiknya Khalid bin Walid dan Saad bin Abi Waqqash yang ikhlas dicopot Umar meski dengan mendadak.
Sementara Ali, jika saja mau mendengar nasihat Abdullah bin Abbas untuk menunda pencopotan para gubernur Utsman, hingga keadaan kembali stabil.