Prabowo Tegas Berantas Mafia Bisnis, Dorong Reformasi Ekonomi dan Penegakan Hukum
Salah satu SPBU yang ada untuk menggunakan tambahan etanol-Foto : ANTARA-
Tidak berhenti sampai di sini, penegak hukum juga mulai menyentuh perkara besar lain, salah satunya dugaan korupsi tata kelola di lingkungan kelompok usaha PT Pertamina (Persero) dengan estimasi kerugian negara mencapai Rp285 triliun.
"Ini menunjukkan bahwa semangat penegakan hukum pada era Prabowo tidak berhenti pada satu kasus, tetapi mulai merambah pada persoalan struktural yang selama ini menjadi akar kebocoran ekonomi nasional," jelas Iwan.
Iwan mengatakan kuatnya penegakan hukum di Indonesia memberikan dampak psikologis dan ekonomi yang besar kepada masyarakat.
Dari sisi psikologis, masyarakat mulai merasakan kehadiran pemerintah dalam membela dan melindungi rakyat kecil.
Sedangkan dari sisi perekonomian, penegakan hukum yang kuat memberikan kepastian hukum bagi para pelaku usaha dalam menjalankan aktivitas perekonomian di Indonesia.
Walau demikian, Iwan menyebut semuanya akan sia-sia jika penegakan hukum seperti ini tidak dilakukan secara konsisten.
"Efektivitas penegakan hukum tidak berhenti pada penindakan, harus berlanjut pada reformasi tata kelola dan perbaikan sistemik," jelas Iwan.
Ia berharap pemerintah dapat membentuk sistem pengawasan yang ketat dan moderen untuk mencegah terjadinya praktik korupsi berkepanjangan.
"Pemerintah memiliki momentum besar untuk membenahi sistem perizinan, digitalisasi pengawasan, serta transparansi data lintas kementerian agar praktik korupsi tidak menemukan celah baru," tambahnya.
Sementara Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Ir. Ronny Purwadi, M.T., Ph.D menekankan pentingnya kesiapan menyeluruh dari hulu ke hilir agar penerapan BBM E10 tidak hanya berhasil di atas kertas, tetapi juga memberi manfaat ekonomi jangka panjang bagi dalam negeri.
"Penerapan E10 adalah langkah awal yang baik untuk membantu misi menekan emisi, namun harus diiringi dengan penataan yang rapi," kata dia di Jakarta, Senin (20/102025).
Ia juga menyoroti pentingnya memperkuat industri etanol nasional agar tidak terlalu bergantung pada impor.
“Kalau impor etanol itu juga harus memperkuat industri etanol di Indonesia, supaya pada saatnya nanti industri etanol di Indonesia bisa bersaing dengan impor, menggantikan impor, dan akan ada multiplier effect (efek pengganda) untuk industri dalam negeri,” kata dia.
Menurut peneliti dengan fokus ahli teknologi pengolahan biomassa dan pangan tersebut, pelajaran penting bisa diambil dari industri tekstil yang melemah akibat serbuan produk impor.
Jika etanol sepenuhnya diimpor tanpa penguatan industri lokal, dampak serupa bisa terjadi. Ia mendorong pemerintah untuk membenahi sektor dari perkebunan hingga produksi.