Whoosh di Persimpangan : Cepat di Rel, Berat di Neraca !

Whoosh di Persimpangan : Cepat di Rel, Berat di Neraca !-Foto : Istimewa-
Sebagian anggota dewan menilai proyek ini "belum siap secara ekonomi", sementara sebagian lainnya menganggap bahwa proyek seperti ini memang harus dipandang sebagai investasi jangka panjang.
Di tengah perdebatan itu, satu hal yang pasti: proyek ini tidak bisa berhenti di tengah jalan.
Infrastruktur sebesar dan semahal ini tidak mungkin ditinggalkan, tanpa penyelesaian.
Maka, fokus kini beralih pada bagaimana cara mengelola risiko dan menata kembali struktur keuangannya.
Pemerintah telah membuka opsi restrukturisasi utang kepada pihak CDB, termasuk kemungkinan memperpanjang tenor pembayaran, menurunkan bunga, atau memberikan masa tenggang (grace period), namun negosiasi lintas negara bukan hal mudah.
Tiongkok, sebagai kreditur, tentu memiliki kepentingan menjaga kepastian investasinya.
Opsi lain yang mengemuka adalah penyertaan modal negara (PMN) tambahan ke PT KAI, yang nantinya bisa digunakan untuk memperkuat posisi keuangan konsorsium.
Tetapi langkah ini juga mengandung risiko politik, karena publik bisa menilai bahwa "uang rakyat" kembali digunakan untuk menalangi proyek yang seharusnya mandiri.
Di sisi lain, jika tidak ada dukungan fiskal sama sekali, beban bunga yang menumpuk bisa memperlemah kemampuan KAI menjaga stabilitas bisnis yang dimiliki, dan lebih jauh bisa berujung pada kesulitan pembayaran utang korporasi.
Inilah dilema klasik antara menjaga reputasi fiskal negara dan memastikan keberlanjutan infrastruktur strategis.
Meski situasinya berat, bukan berarti semua menghadapi jalan buntu.
Di tengah tekanan utang, Whoosh tetap menyimpan potensi strategis besar bagi ekonomi nasional, asal dikelola dengan cara pandang strategis dan terintegrasi.
Salah satu peluang utama terletak pada pengembangan kawasan transit-oriented development (TOD) di sekitar stasiun-stasiun utama, seperti Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar.
Jika pemerintah dan BUMN mampu mengelola kawasan ini dengan pendekatan komersial, maka Whoosh tidak hanya menghasilkan pendapatan dari tiket, tetapi juga dari sewa lahan, pusat perbelanjaan, perkantoran, hingga properti residensial.
Pendapatan non-tiket inilah yang di banyak negara menjadi penyelamat finansial proyek kereta cepat.