Whoosh di Persimpangan : Cepat di Rel, Berat di Neraca !

Whoosh di Persimpangan : Cepat di Rel, Berat di Neraca !-Foto : Istimewa-

BACA JUGA:Trans7 Dikecam karena Tayangan Xpose Dinilai Melecehkan Ulama, DPR dan PBNU Desak Permintaan Maaf

Hanya saja, seiring perjalanan waktu, berbagai faktor, mulai dari pembebasan lahan, perubahan desain, hingga kenaikan harga bahan konstruksi yang mendorong cost overrun hingga mencapai sekitar US$7,2 miliar atau setara Rp116 triliun.

Sebagian besar pembiayaan berasal dari pinjaman luar negeri, khususnya dari China Development Bank (CDB) yang menanggung sekitar 75 persen total utang proyek.

Sementara sisanya dibiayai oleh konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang di dalamnya terdapat PT KAI sebagai pemegang saham mayoritas dari pihak Indonesia.

Pada titik ini, struktur keuangan proyek mulai menunjukkan tanda-tanda tekanan.

Setiap tahun, beban bunga atas pinjaman tersebut diperkirakan mencapai US$120 juta hingga US$130 juta, setara hampir Rp2 triliun hanya untuk membayar bunga, belum pokoknya.

Jumlah yang sangat besar untuk proyek yang baru berjalan dan belum mencapai keseimbangan operasi.

Laporan keuangan semester I tahun 2025 menunjukkan bahwa KCIC mencatat kerugian sekitar Rp1,6 triliun.

Di sisi lain, jumlah penumpang sepanjang 2024 hanya mencapai sekitar 6 juta orang, dengan rata-rata tarif Rp250 ribu per tiket.

Artinya, total pendapatan kotor setahun tidak lebih dari Rp1,5 triliun dan masih jauh di bawah kebutuhan untuk membayar bunga saja.

Bahkan, jika tingkat okupansi meningkat, margin keuntungannya tetap tipis karena biaya operasi dan pemeliharaan kereta cepat yang bersifat padat modal dan teknologi tinggi, sehingga tidak bisa ditekan secara signifikan.

Sejak awal, proyek Whoosh dijanjikan akan berjalan, tanpa menggunakan uang negara.

Pemerintah menegaskan bahwa tidak ada jaminan APBN yang disertakan.

Semua tanggung jawab, baik konstruksi maupun pembiayaan, sepenuhnya menjadi urusan badan usaha yang menjadi penanggung jawab proyek strategis tersebut.

Namun ketika beban bunga mulai jatuh tempo, dan arus kas proyek belum kuat, diskursus publik berubah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan