Whoosh di Persimpangan : Cepat di Rel, Berat di Neraca !

Whoosh di Persimpangan : Cepat di Rel, Berat di Neraca !-Foto : Istimewa-

Indonesia dapat mengadaptasi strategi ini dengan mengembangkan kawasan komersial di Halim, Karawang, dan Tegalluar melalui kemitraan publik-swasta serta dukungan lembaga pengelola investasi (INA).

Kedua, peningkatan efisiensi operasional menjadi prasyarat agar Whoosh berkelanjutan.

Berdasarkan riset World Bank (2022) tentang Sustainable Railway Financing in Emerging Economies, keberhasilan proyek transportasi cepat ditentukan oleh tiga faktor: integrasi antarmoda, digitalisasi operasional, dan efisiensi pemeliharaan.

Implementasi teknologi predictive maintenance sebagaimana diterapkan oleh JR Central di Jepang mampu menghemat biaya perawatan hingga 20 persen per tahun.

Indonesia dapat menerapkan sistem serupa, sekaligus membangun konektivitas dengan LRT, KRL, dan BRT agar okupansi meningkat.

Dengan konektivitas yang kuat, Whoosh tidak hanya menjadi moda cepat antarkota, tetapi menjadi tulang punggung integrasi transportasi nasional.

Akhirnya, penyelesaian beban utang Whoosh harus didorong oleh transparansi fiskal dan disiplin tata kelola.

Kajian Asian Development Bank (2023) menegaskan bahwa Public-Private Partnership (PPP) yang sukses selalu ditandai oleh keterbukaan data proyek, pemisahan aset dan utang melalui Special Purpose Vehicle (SPV), serta evaluasi berkala terhadap kinerja finansial.

Pemerintah Indonesia dapat menempuh pola serupa, memastikan Whoosh tidak sekadar bertahan, tapi juga menjadi motor integrasi ekonomi Jakarta–Bandung.

Kini, Whoosh terus beroperasi, membawa ribuan penumpang setiap hari.

Ia memang menjadi kebanggaan baru, wajah modern transportasi Indonesia, dan penanda kemajuan teknologi.

Namun di balik kecepatannya, proyek ini mengingatkan kita bahwa kemajuan fisik tidak bisa dipisahkan dari kehati-hatian fiskal.

Utang bukanlah suatu kesalahan dalam bisnis atau program pemerintah, selama dikelola dengan baik dan menghasilkan manfaat jangka panjang yang nyata.

Tetapi ketika utang menjadi lebih cepat membengkak daripada kemampuan proyek menghasilkan pendapatan, maka di situlah bahaya mulai mengintai.

Pemerintah dan publik harus sama-sama menyadari bahwa setiap kilometer rel yang dibangun membawa tanggung jawab keuangan yang panjang.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan