Tren Mobil Listrik Naik, Tapi Harga Bekasnya Turun Drastis: Apa yang Terjadi ?

Tren Mobil Listrik Naik, Tapi Harga Bekasnya Turun Drastis — Apa yang Terjadi?-foto:dokumen palpos-

Software kendaraan kini bisa di-update over-the-air (OTA), tapi mobil generasi awal belum mendukung fitur itu.

Akibatnya, mobil listrik keluaran beberapa tahun lalu terlihat "usang" lebih cepat, meski masih berfungsi normal.

Konsumen pun lebih tertarik membeli model baru ketimbang bekas, sehingga permintaan mobil listrik bekas terus merosot dan harganya ikut turun.

5. Infrastruktur Pengisian yang Masih Terbatas

Meski pembangunan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) semakin banyak, namun jumlahnya masih jauh dari cukup.

Data dari PLN hingga pertengahan 2025 menunjukkan baru ada sekitar 1.200 titik SPKLU di seluruh Indonesia.

Angka itu masih sangat kecil dibandingkan jumlah stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) yang mencapai lebih dari 6.000 titik.

Keterbatasan infrastruktur ini membuat calon pembeli mobil listrik bekas berpikir dua kali, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah yang belum memiliki SPKLU.

Mobil listrik bekas akhirnya hanya diminati oleh segmen tertentu, yang punya garasi dan akses listrik memadai di rumah.

Permintaan yang terbatas inilah yang membuat harga jual kembali mobil listrik bekas semakin rendah.

6. Minimnya Insentif untuk Mobil Listrik Bekas

Salah satu keunggulan mobil listrik baru adalah adanya subsidi dari pemerintah — misalnya potongan harga hingga Rp40 juta untuk model tertentu.

Namun, kebijakan ini tidak berlaku untuk mobil listrik bekas.

Akibatnya, calon pembeli akan lebih memilih membeli mobil listrik baru dengan harga sedikit lebih mahal tapi bergaransi penuh dan teknologi terbaru.

Karena insentif hanya menyasar unit baru, pasar mobil listrik bekas pun menjadi kurang menarik, sehingga harganya jatuh lebih dalam.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan