Nasi Uduk Betawi, Warisan Kuliner Jakarta yang Tak Pernah Lekang oleh Waktu

Nasi Uduk Betawi, gurihnya santan dan rempah Nusantara yang tak lekang oleh waktu-foto:Istimewa-

BACA JUGA:Lele Goreng Sensasi Gurih yang Selalu Jadi Favorit Kuliner Nusantara

Kombinasi inilah yang membuat satu porsi nasi uduk terasa lengkap, bergizi, sekaligus mengenyangkan.

Bagi masyarakat Betawi, nasi uduk tidak sekadar makanan, tetapi juga bagian dari identitas budaya. Nasi uduk kerap dihidangkan pada acara hajatan, syukuran, hingga peringatan hari besar keagamaan.

Di Jakarta, nasi uduk sudah lama menjadi menu sarapan populer.

Sejak subuh, penjual nasi uduk mulai membuka lapak di pinggir jalan, pasar tradisional, hingga warung sederhana.

Aroma harum nasi uduk yang mengepul dari kukusan bambu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli.

Harga seporsi nasi uduk juga cukup terjangkau.

Dengan uang mulai dari Rp10 ribu hingga Rp20 ribu, masyarakat sudah bisa menikmati sepiring nasi uduk lengkap dengan lauk-pauk pilihan.

Tak heran jika nasi uduk selalu laris manis, terutama di pagi hari ketika orang-orang bersiap beraktivitas.

Bahkan, kini nasi uduk tidak hanya ditemukan di warung tradisional, tetapi juga di restoran modern hingga hotel berbintang yang mengusung konsep kuliner Nusantara.

Popularitasnya terus bertahan di tengah gempuran makanan cepat saji.

Dalam budaya Betawi, nasi uduk memiliki filosofi yang mendalam.

Kata “uduk” sendiri dalam bahasa Jawa berarti hidup sederhana dan penuh kebersamaan.

Hal ini tercermin dalam cara menyantap nasi uduk yang biasanya dilakukan bersama keluarga atau kerabat dalam suasana hangat.

Selain itu, penggunaan santan yang melambangkan kemakmuran serta rempah-rempah yang beragam juga merepresentasikan harmoni kehidupan masyarakat Betawi yang terbuka terhadap berbagai budaya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan