Sekolah Rakyat Harapan Putus Rantai Kemiskinan

Sekolah Rakyat Kunjungan Ortu-Foto: Istimewa-
Tersedia fasilitas gratis seperti perpustakaan, pusat kebugaran (gym), studio musik lapangan bulu tangkis hingga voli bisa membuat siswa semangat belajar.
Sebanyak 100 siswa diterima terdiri dari 56 laki-laki dan 44 perempuan dengan diberikan fasilitas asrama maksimal empat orang per kamarnya.
BACA JUGA:Dahlan Iskan Difitnah ? Kuasa Hukum Ungkap Fakta Sebenarnya Begini !
BACA JUGA:Posbakum Desa Talang Buluh Jadi Percontohan
Sekolah Rakyat digagas oleh Presiden Prabowo Subianto dengan tujuan untuk menyediakan akses pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, mengacu pada Desil 1 dan 2 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).
Selain itu, Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 10 Margaguna, Jakarta Selatan, menanamkan perilaku anti perundungan (bullying) kepada siswa saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
"Menteri Sosial juga menyoroti penekanan anti 'bullying' di Sekolah Rakyat," kata Kepala SRMA 10 Jakarta Selatan, Ratu Mulyanengsih saat ditemui di Jakarta, Rabu (16/07/2025).
Ratu mengatakan, konsep yang mengedepankan bebas perundungan ini menekankan nilai kebersamaan dan kesetaraan di antara peserta didik yang memiliki latar belakang usia dan pengalaman berbeda.
Sekolah ini menerima siswa berusia 15 hingga 21 tahun termasuk mereka yang pernah putus sekolah.
Perbedaan usia dan pengalaman dianggap menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam membangun interaksi yang sehat antar peserta didik.
"Yang paling sulit itu biasanya soal merokok, tapi setidaknya, kami sudah siapkan program 'no bullying' sejak awal," ujarnya.
Menurut dia, perundungan kerap berawal dari interaksi yang tidak sehat seperti canda yang berujung ejekan maupun kebiasaan berkumpul tanpa arah sepulang sekolah.
Karena itu, salah satu strateginya, yakni menanamkan nilai keagamaan seperti salat berjamaah yang disertai pesan-pesan moral.
Kemudian, pihak sekolah juga menyisipkan nilai anti-perundungan melalui program bercerita (storytelling) setiap pagi di mana siswa diajak bercerita mengenai diri, cita-cita dan pandangan mereka terhadap masa depan.
"Mudah-mudahan dengan cara seperti itu pemikiran mereka itu sudah sibuk dengan hal-hal positif. Kalau sudah sibuk dengan hal-hal positif, maka 'bullying' itu tidak dipikirkan," katanya.