Siraman Adat Sunda Tradisi Sakral Menjelang Hari Bahagia

Percikan air bunga membawa doa dan restu. Siraman adat Sunda, simbol penyucian diri menjelang kehidupan baru-foto:Istimewa-
BACA JUGA:Ragam Tarian Tradisional Indonesia: Warisan Budaya yang Menyatukan Nusantara
Sebelum disiram, ia didampingi oleh ibunya dan keluarga perempuan lainnya untuk mengikuti prosesi “nincak endog” atau menginjak telur.
Simbol ini mencerminkan kesiapan seorang perempuan untuk menjadi ibu rumah tangga dan meninggalkan masa lajangnya.
Setelah itu, prosesi siraman dilakukan oleh tujuh orang yang dipilih dari keluarga dekat dan tokoh yang dianggap dituakan.
Mereka secara bergantian menyiramkan air bunga ke tubuh calon pengantin sambil melantunkan doa dan harapan.
Tangis haru dan senyuman menyatu dalam momen ini, terutama saat kedua orang tua menyiramkan air terakhir, sebagai tanda restu dan pelepasan tanggung jawab.
Menurut Ibu Ratna, ibunda Sinta, tradisi siraman bukan hanya sekadar simbol, melainkan sarana mempererat silaturahmi dan rasa kekeluargaan.
“Ini bukan hanya tentang adat, tapi juga tentang nilai kebersamaan, kasih sayang, dan tanggung jawab orang tua kepada anaknya yang akan membentuk keluarga baru,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Sementara itu, Dika, calon pengantin pria, juga menjalani prosesi siraman serupa di kediaman keluarganya.
Meski sering kali lebih sederhana, siraman untuk mempelai pria tetap mengandung filosofi yang mendalam, yakni kesiapan lahir batin untuk menjadi suami yang bertanggung jawab dan melindungi keluarga.
Keberlangsungan adat siraman di tengah era modern menjadi perhatian para budayawan. Banyak keluarga muda kini memilih prosesi yang lebih praktis atau bahkan meninggalkan adat sepenuhnya.
Namun, tidak sedikit pula yang tetap menjaga tradisi ini sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan leluhur.
Budi Kurniawan, seorang pemerhati budaya Sunda dari Universitas Padjadjaran, menyebut bahwa pelestarian adat siraman penting dilakukan agar generasi muda mengenal jati diri budaya mereka.
“Siraman adalah bagian dari identitas kita. Meski sederhana, ia sarat makna dan memiliki nilai-nilai luhur seperti kesucian, restu orang tua, dan persiapan spiritual,” ujarnya.
Untuk mendukung pelestarian budaya, beberapa komunitas adat dan sanggar seni di Jawa Barat rutin mengadakan pelatihan dan simulasi upacara adat, termasuk siraman, kepada generasi muda.