Pencegahan Dini dan Edukasi Masyarakat

Kebakaran hutan dan lahan serta upaya pemadaman oleh petugas.-Foto : Disway-
Apabila terlambat dikhawatirkan jumlah titik panas (hotspot) akan meningkat signifikan, apalagi BMKG memprediksi kemarau tahun ini akan berlangsung lebih panjang, mirip dengan kondisi tahun 2024.
“Kami mengantisipasi dari sekarang supaya jangan sampai nanti hotspot naik tajam. Apalagi, prediksi BMKG, kemarau kali ini lebih lama seperti tahun kemarin,” ujarnya.
BACA JUGA:Diharapkan Sukses Dulang Prestasi
BACA JUGA:Gubernur Herman Deru Respon Tuntutan Para Buruh
BPBD Sumsel memastikan sisi peralatan dan personel untuk penanggulangan karhutla dalam kondisi siap.
Latihan terpadu antara TNI dan Polri yang dilakukan tahun 2024 juga menjadi bekal penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan petugas di lapangan.
“Setelah penetapan status siaga pada akhir Mei atau awal Juni 2025, kami akan gelar Apel Siaga Karhutla yang rencananya dipimpin Gubernur Sumsel,” kata Iqbal.
Menanggapi langkah cepat Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam menetapkan status siaga kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), warga di beberapa wilayah rawan seperti Ogan Ilir (OI), Musi Banyuasin, dan Banyuasin memberikan tanggapan beragam.
Secara umum, masyarakat menyambut baik upaya antisipasi yang dilakukan pemerintah, namun juga menyampaikan harapan agar langkah-langkah tersebut benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat di lapangan.
Mawan, seorang petani, warga Ogan Ilir, mengatakan bahwa sosialisasi larangan membakar lahan sudah sering dilakukan, namun ia berharap pemerintah juga memberikan solusi nyata bagi petani yang ingin membuka lahan secara legal dan aman.
"Saya sendiri tidak ingin melanggar aturan, tapi kami juga butuh solusi. Kalau tidak bisa membakar, harusnya ada bantuan alat atau pelatihan membuka lahan tanpa api," ujarnya, Senin (5/5).
Sedangkan itu, di Musi Banyuasin, Azis, salah seorang setempat menyatakan kekhawatiran terhadap kualitas udara apabila Karhutla kembali terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya.
Oleh sebab itu, dia berharap pemerintah lebih sigap dalam pemadaman dan menyediakan masker serta posko kesehatan lebih awal.
"Kalau sudah mulai terbakar, kami susah bernapas. Anak-anak sering batuk. Jadi tolong jangan tunggu api besar dulu baru turun tangan," ucapnya.
Di Banyuasin, warga juga meminta adanya patroli rutin dan pengawasan ketat, terutama di lahan-lahan konsesi perusahaan yang selama ini kerap menjadi sumber kebakaran.