Sering Melahirkan Normal Dapat Tingkatkan Risiko Terpapar Virus HPV

Ilustrasi kanker serviks.-Foto : ANTARA -
KORANPALPOS.COM – Proses melahirkan secara normal kerap dianggap sebagai pilihan yang alami dan sehat bagi ibu dan bayi.
Namun, siapa sangka, frekuensi persalinan normal yang tinggi justru bisa menjadi salah satu faktor risiko yang meningkatkan potensi seorang wanita terinfeksi virus Human Papillomavirus (HPV), yang dikenal sebagai penyebab utama kanker serviks.
Hal ini disampaikan oleh dr. Widyorini Lestari Hanafi, Sp.OG(K)Onk, dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan onkologi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, dalam sebuah diskusi kesehatan yang digelar di Jakarta, Selasa (22/4).
Menurut dokter yang akrab disapa dr. Wini ini, proses persalinan normal, terutama yang dilakukan berulang kali, dapat menyebabkan trauma pada serviks atau leher rahim, yakni bagian bawah rahim yang menghubungkan ke vagina.
BACA JUGA:Perkuat Tulang dan Gigi dengan Bubur Kacang Hijau
BACA JUGA:Cegah Asma dan Tingkatkan Kecerdasan Anak dengan Ikan Gabus
“Karena ada pergerakan dari serviks terbuka untuk proses kelahiran, lalu tertutup kembali, maka trauma berulang di area serviks bisa terjadi. Meskipun ini bagian dari proses alami, ternyata bisa memengaruhi sel-sel serviks dan menjadikannya lebih rentan terhadap infeksi virus HPV,” jelasnya.
HPV sendiri adalah virus yang umumnya menyebar melalui kontak seksual dan dapat menyerang area genital, termasuk vagina, serviks, dan vulva.
Dalam konteks persalinan, bayi yang melewati jalur lahir yaitu vagina dan serviks bisa bersinggungan dengan virus ini jika sang ibu mengidap HPV.
Selain itu, lecet atau luka mikro akibat proses melahirkan dapat membuka jalan masuk bagi virus.
BACA JUGA:Terapi Kanker Kini Minimal Invasif dan Bersifat Personal
BACA JUGA:Obati Penyakit Hernia dan Nyeri Tulang dengan Jarak Merah
Dr. Wini menjelaskan bahwa wanita yang memiliki banyak anak melalui persalinan normal cenderung memiliki risiko lebih tinggi tertular HPV dibandingkan mereka yang melahirkan melalui metode lain atau memiliki jumlah anak lebih sedikit.
“Meski tidak secara langsung menyebabkan kanker, infeksi HPV yang dibiarkan tanpa deteksi dini atau pengobatan dapat berkembang menjadi kanker serviks dalam jangka panjang,” tegasnya.