Es Selendang Mayang : Minuman Tradisional Betawi yang Kian Langka

Segarnya Es Selendang Mayang, minuman khas Betawi yang kini makin langka-foto:Istimewa-
Selain itu, maraknya minuman modern seperti boba, es kopi susu, dan berbagai minuman berbasis susu membuat Es Selendang Mayang semakin tersisih.
Banyak generasi muda yang kurang mengenal minuman ini, sehingga permintaannya pun menurun.
BACA JUGA:Basreng Daun Jeruk : Camilan Gurih Pedas yang Semakin Populer di Pasaran
BACA JUGA:Kue Pang Pang Kudapan Tradisional yang Kian Populer Sebagai Isian Toples Lebaran
Upaya Melestarikan Minuman Tradisional Meski semakin langka, beberapa pelaku usaha kuliner dan komunitas pencinta kuliner Betawi berusaha untuk melestarikan Es Selendang Mayang.
Beberapa restoran dan warung makan khas Betawi mulai menyajikan kembali minuman ini sebagai bagian dari menu mereka.
Selain itu, berbagai festival kuliner Betawi juga kerap menghadirkan Es Selendang Mayang untuk mengenalkan kembali minuman ini kepada masyarakat.
Beberapa kreator kuliner bahkan mulai berinovasi dengan menghadirkan varian rasa baru agar lebih menarik bagi generasi muda.
"Kami berharap Es Selendang Mayang tetap dikenal dan dinikmati oleh masyarakat, terutama generasi muda. Ini adalah bagian dari warisan kuliner yang harus kita jaga," ujar Rahmat, seorang pengusaha kuliner Betawi di Jakarta.
Harapan untuk Masa Depan Melestarikan Es Selendang Mayang bukan hanya tentang mempertahankan sebuah minuman tradisional, tetapi juga menjaga kekayaan budaya Betawi.
Jika lebih banyak pihak yang tertarik untuk menjual dan mengonsumsinya, bukan tidak mungkin Es Selendang Mayang bisa kembali populer seperti dulu.
Bagi yang ingin mencoba membuatnya sendiri di rumah, bahan-bahan seperti tepung beras, santan, dan gula merah masih mudah ditemukan di pasar tradisional maupun supermarket.
Dengan sedikit usaha, siapa saja bisa menikmati kesegaran Es Selendang Mayang ala rumahan.
Dengan semakin banyaknya upaya pelestarian yang dilakukan, ada harapan bahwa Es Selendang Mayang tidak hanya menjadi kenangan, tetapi tetap menjadi bagian dari kekayaan kuliner Indonesia yang bisa dinikmati oleh generasi mendatang.*