79 Tahun TNI : Menghadapi Tantangan Perang Modern tanpa Laras Panjang !
Prajurit TNI Satgas Yonif PR 503/MK Habema, anggota Satgas Elang dan Satgas Damai Cartenz memberikan bantuan sembako kepada masyarakat Nduga usai mengucapkan ikrar kecintaan terhadap NKRI di Balai Kesehatan Puskesmas Batas Batu, Nduga, Kenyam, Papua Pegun-Foto : Antara-
Selain sumber daya manusia, TNI juga harus siap untuk mengalokasikan anggaran yang besar untuk mendukung Angkatan Siber.
Teknologi canggih diperlukan untuk menunjang operasi siber, baik dari segi pertahanan maupun serangan.
Ini termasuk perangkat lunak keamanan, jaringan komunikasi yang aman, hingga sistem monitoring siber yang mampu mendeteksi ancaman secara real-time.
Pembentukan Angkatan Siber juga memerlukan dukungan politik yang kuat, terutama dalam hal penganggaran.
Pemerintah harus menggelontorkan dana yang besar untuk memastikan Angkatan Siber bisa beroperasi dengan optimal.
Selain itu, dukungan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga sangat penting, mengingat undang-undang yang mengatur kerja Angkatan Siber merupakan produk politik yang harus disahkan di parlemen.
Prabowo, yang dikenal memiliki hubungan baik dengan berbagai negara di dunia, diharapkan mampu memperluas kerja sama militer internasional.
Diplomasi militer ini penting untuk memperkuat kemampuan pertahanan siber Indonesia.
Kerja sama dengan negara-negara maju dalam bidang pertahanan siber dapat memberikan peluang bagi Indonesia untuk belajar dan meningkatkan kemampuan dalam menghadapi ancaman digital.
Dengan ancaman perang siber yang semakin nyata, pembentukan Angkatan Siber menjadi langkah penting bagi TNI dalam menghadapi tantangan masa depan.
Dukungan politik, anggaran, dan persiapan sumber daya manusia yang matang akan menentukan keberhasilan pembangunan matra baru ini.
Ke depannya, Angkatan Siber diharapkan menjadi salah satu kekuatan utama TNI dalam menjaga kedaulatan dan keamanan NKRI di era digital.
Sumber : Antara