Krisis Iklim : Tantangan Mendesak dan Solusi Inovatif Menurut Bank DBS dan Pemerintah Indonesia !

Deputy CEO & Group Head of Institutional Banking DBS Bank Tan Su Shan memberikan keynote speech pada sesi “Critical Imperatives of Advancing Energy Transition through Blended Finance” di Indonesia International Sustainability Forum 2024 di Jakarta, Jumat -FOTO : ANTARA-

BACA JUGA:Bank Indonesia Catat Modal Asing Masuk Bersih Rp15,91 Triliun Dalam Sepekan !

“Jumlah orang yang terkena dampak langsung dari bencana ini mencapai titik tertinggi baru. Masyarakat miskin terkena dampak yang tidak proporsional, yang memperburuk kesenjangan sosial,” jelas Tan.

Sebagai bagian dari komitmennya, Bank DBS berfokus pada transisi menuju ekonomi rendah karbon dengan menekankan pentingnya energi terbarukan dan efisiensi energi.

Pangsa energi terbarukan dalam pembangkit listrik global saat ini telah mencapai 33 persen, yang merupakan peningkatan signifikan dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu.

BACA JUGA:Cara Isi Saldo GoPay Lewat m-Banking BRI, BCA, BNI, dan Mandiri: Panduan Lengkap untuk Transaksi Digital Aman

BACA JUGA:Bank Mandiri Salurkan Kredit Usaha Mikro Rp32,7 Triliun hingga Juli 2024 : Lebih Dari 294 Ribu UMKM !

Namun, Tan menggarisbawahi bahwa selain meningkatkan pangsa pembangkit listrik bersih, para pemangku kepentingan perlu memastikan bahwa lebih banyak sektor dalam ekonomi global, seperti mobilitas, pemanas, dan pendingin bangunan, juga mendapatkan aliran listrik yang bersih.

Efisiensi energi harus ditingkatkan, dan sistem pangan global juga harus ditangani dengan baik.

Tan mengakui bahwa transisi ini tidak mudah, terutama di Asia yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil.

Meskipun kontribusi historis dan emisi per kapita di Asia saat ini masih tergolong moderat, jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang pesat dalam beberapa tahun terakhir telah membuat Asia menghasilkan 50 persen emisi dunia.

“Meskipun emisi per kapita masih moderat, pertumbuhan populasi dan ekonomi di Asia berarti bahwa kawasan ini kini menyumbang separuh dari emisi global. Oleh karena itu, langkah dekarbonisasi global yang sedang berlangsung perlu disesuaikan dengan tantangan spesifik yang dihadapi oleh negara-negara di Asia,” kata Tan.

Walau tantangan besar ada di depan mata, Tan tetap optimis bahwa langkah-langkah dekarbonisasi global yang sedang berlangsung dapat memberikan dampak positif yang signifikan.

Ia menekankan pentingnya mengkaji tantangan yang dihadapi oleh negara-negara di Asia dan mengembangkan jalur dekarbonisasi yang relevan dengan masyarakat dan ekonomi di wilayah tersebut.

Dalam acara yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga memberikan pandangannya mengenai dampak perubahan iklim.

Ia memperingatkan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 10 persen pada tahun 2025.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan