Amir mencoba menghubungi Sicang untuk menanyakan perihal garansi tersebut.
Namun, pesan-pesan yang dikirimnya hanya dibaca tanpa balasan, dan nomor teleponnya malah diblokir oleh Sicang.
Amir yang masih kesal dengan masalah motor tersebut, langsung menanyakan perihal garansi kepada Sicang.
Namun, jawaban yang diberikan Sicang justru memperkeruh suasana.
"Wajar saja rusak kalau sudah dibawa keliling dusun ke mana-mana," kata Sicang dengan nada meremehkan, seperti ditirukan Desita.
Pertengkaran pun tak terelakkan.
Emosi yang memuncak membuat Sicang menantang Amir untuk menyelesaikan masalah tersebut secara fisik.
"Jika kamu laki-laki, tunggu di sini," ujar Sicang dengan nada menantang.
Meski sempat terpancing, Amir memutuskan untuk tidak menggubris tantangan tersebut dan melanjutkan kegiatan berbelanja mereka.
Ketika Amir dan Desita kembali ke Terminal Satelit setelah makan siang dan menjemput adik mereka, Andi, suasana sudah lebih tenang.
Namun, ketenangan itu hanya sesaat.
Saat mereka tiba dan memarkir mobil, Sicang bersama Deli, temannya, langsung menghampiri mereka dengan penuh amarah.
Sicang dan Deli memukul kaca samping mobil Amir hingga pecah.
Desita yang duduk di kursi depan, berusaha melerai namun hampir ditusuk oleh Deli.
Dalam kekacauan itu, Aan Saputra yang berada di dalam mobil lari keluar untuk menyelamatkan diri.
Namun nahas, dia dikejar oleh Sicang dan ditusuk hingga terkapar bersimbah darah.***