Pemberian gula sendiri sebaiknya dilakukan pada bayi usia di atas enam bulan, setelah masa ASI eksklusif, dengan takaran yang sesuai.
Ngabila menekankan pentingnya memperhatikan asupan dan kandungan gizi yang diberikan kepada bayi, karena konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan yang merugikan.
Salah satu permasalahan utama adalah penolakan bayi terhadap ASI, yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.
BACA JUGA:Dokter Meluruskan Mitos Seputar Paru-paru Basah: Berikut Penjelasannya !
BACA JUGA:Bahaya Asap Rokok : Meningkatkan Risiko Kanker Paru 20 Kali Lipat, Simak Penjelasannya !
Selain itu, kebiasaan makan yang buruk juga dapat terbentuk, di mana bayi cenderung memilih makanan buatan dengan rasa manis dibandingkan dengan makanan alami.
Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan gigi bayi, bahkan dapat menyebabkan kerusakan gigi jika tidak diatasi dengan baik.
Ngabila juga menyoroti potensi timbulnya sikap hiperaktif pada bayi akibat peningkatan kadar gula darah yang cepat setelah mengonsumsi gula.
Sementara itu, peningkatan produksi hormon insulin juga dapat menyebabkan kelesuan dan kelemasan pada bayi.
Dalam upaya mencegah dampak buruk konsumsi gula berlebihan pada bayi, Ngabila mendorong para orang tua untuk lebih selektif dalam memilih makanan dan minuman yang diberikan kepada bayi.
Pemberian makanan sehat, alami, dan bergizi adalah kunci untuk menjaga kesehatan dan perkembangan bayi yang optimal.
Sebagai praktisi kesehatan yang berpengalaman, Ngabila menegaskan bahwa kesadaran akan pentingnya pola makan yang sehat harus ditanamkan sejak dini, terutama dalam memberikan asupan gula kepada bayi.
Dengan demikian, dapat dihindari risiko-risiko kesehatan yang dapat timbul akibat konsumsi gula berlebihan pada bayi.
Berita ini mencerminkan keprihatinan akan masalah kesehatan bayi akibat konsumsi gula berlebihan, serta menawarkan solusi dan peringatan yang relevan dari seorang praktisi kesehatan.(ant)