PRABUMULIH - Sejak dua tahun terakhir, Kota Prabumulih, Kota Prabumulih mengalami kegagalan meraih penghargaan Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Hal ini menjadi sorotan utama mengingat prestise yang dimiliki oleh penghargaan tersebut dalam menunjukkan keseriusan suatu daerah dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Prabumulih, Dwi Koryana, mengungkapkan bahwa kurangnya penanganan sampah menjadi salah satu penyebab utama kegagalan tersebut.
“Penilaian Adipura itu ada 2 penanganan sampah di TPA dan pengurangan sampah, nah kita (Prabumulih) ini penanganannya yang masih kurang,” ungkap Dwi Koryana ketika diwawancarai di kantor Pemkot Prabumulih, Senin 1 April 2024.
BACA JUGA:Hilangnya Ektrakulikuler dari Daftar Wajib Kurikulum Merdeka, Begini Tanggapan Guru dan Siswa
BACA JUGA:Polisi Imbau Pemudik Tidak Pilih Jalur PALI-Musi Rawas, Kapolres Jelaskan Bahayanya!
Dijelaskan Dwi Koryana, penilaian Adipura melibatkan dua aspek utama, yaitu penanganan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan pengurangan sampah secara keseluruhan.
DLH Kota Prabumulih telah berusaha keras dalam menangani pengurangan sampah dengan berbagai program seperti Bank Sampah, penggunaan eco enzim, dan pengembangan rumah magot.
Namun demikian, penanganan sampah di TPA, yang merupakan tanggung jawab Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim), mendapat penilaian rendah.
“Kalau kami (DLH) menangani masalah pengurangannya seperti Bank Sampah, eco enzim, rumah magot, itukan pengurangan dan sudah berjalan,” imbuhnya seraya mengatakan untuk masalah penanganan sampah masih belum optimal.
BACA JUGA: Beredar 'Surat Cinta' Oknum Lurah di Prabumulih untuk Minta THR
BACA JUGA:Catat! Penjabat Walikota Prabumulih Tak Gelar Open House
Dwi Koryana menyebutkan bahwa dalam penilaian yang dilakukan oleh tim Adipura, penanganan sampah di TPA Kota Prabumulih mendapatkan nilai yang sangat rendah, yaitu di bawah 30. Hal ini tentu menjadi pukulan bagi upaya Kota Prabumulih untuk meraih penghargaan bergengsi tersebut. Meskipun demikian, Dwi Koryana menegaskan bahwa upaya pengurangan sampah mendapat penilaian yang cukup baik, dengan nilai yang cukup tinggi.
"Kalau pengurangan nilainya besar, seperti Bank Sampah nilainya mencapai 70, dan rumah magot juga mendapat nilai yang bagus," tambahnya.
Ketika ditanya mengenai langkah yang akan diambil untuk meningkatkan peluang meraih penghargaan Adipura di masa mendatang, Dwi Koryana menyatakan kegagalan Kota Prabumulih meraih penghargaan Adipura selama dua tahun terakhir menjadi titik fokus utama pihaknya.