PALEMBANG - Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto, menegaskan bahwa arogansi yang ditunjukkan oleh personel Polri tidak dapat dibiarkan dan memerlukan sanksi tegas.
"Arogansi personel seperti itu tak bisa dibiarkan. Harus ada sanksi disiplin dan etik pada personel tersebut," kata Bambang.
Peristiwa yang mendapat kritik tajam dari Bambang adalah kasus oknum polisi yang menembak seorang debt collector, yang diketahui sebagai Aiptu FN, anggota Sabhara Polres Lubuk Linggau Polda Sumatra Selatan pada tanggal 23 Maret 2024.
Menurut Bambang, tindakan tersebut merupakan bentuk arogansi dari anggota kepolisian yang tidak dapat dibenarkan.
Ia menegaskan bahwa perbuatan Aiptu FN harus diproses secara hukum dan kelembagaan Polri.
"Selain sanksi internal terkait pelanggaran disiplin dan etik, sesuai prinsip semua orang sama di mata hukum, harus ada sanksi pidana pada personel yang sudah membahayakan masyarakat," katanya.
BACA JUGA:Istri Oknum Polisi Laporkan Perampasan Mobil dan Pengeroyokan ke Polda Sumsel
Bambang juga menyesalkan fakta bahwa aksi arogansi tersebut dilakukan dengan menggunakan fasilitas negara, terutama dalam konteks penggunaan senjata api untuk menembak warga negara lain.
"Apalagi menggunakan fasilitas negara yakni senjata api untuk menembak anggota masyarakat yang lain, terlepas bahwa korban juga melakukan perbuatan yang tak menyenangkan," ujarnya.
Meskipun korban dalam kasus tersebut adalah seorang debt collector, yang dalam konteks tertentu juga merugikan masyarakat dengan tindakannya, Bambang menekankan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Aiptu FN tidak mencerminkan tugas dan fungsi seorang anggota kepolisian.
BACA JUGA:Oknum Polisi Penembak Debt Collector Resmi Ditahan di Polda Sumsel !