Media, misalnya, dapat berperan dalam menyebarkan informasi edukatif tentang dinamika harga, musim tanam, dan kebijakan pangan, sementara sektor swasta dapat mendukung investasi dalam teknologi pertanian dan infrastruktur logistik.
Menggeser sentimen negatif bukan berarti menutupi kritik atau mengabaikan keluhan.
Justru sebaliknya, ini tentang mendengarkan suara masyarakat secara serius dan menjadikannya bahan refleksi untuk perbaikan kebijakan.
Kritik publik seharusnya dilihat sebagai cermin untuk mengukur sejauh mana kebijakan perberasan sudah berjalan sesuai harapan.
Jika dikelola dengan bijak, kritik dapat menjadi modal sosial untuk memperkuat kepercayaan dan kolaborasi.
Isu perberasan memang tidak akan pernah lepas dari dinamika sosial, ekonomi, dan politik.
Namun, dengan pendekatan yang tepat, mengutamakan transparansi, komunikasi, efisiensi distribusi, pemberdayaan petani, pemanfaatan teknologi, dan kolaborasi multipihak, sentimen negatif bukan hanya bisa diredam, tetapi juga diubah menjadi energi positif untuk membangun sistem pangan nasional yang tangguh.
Pada akhirnya, keberhasilan kebijakan perberasan tidak diukur dari stabilitas harga semata, tetapi dari tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan negara menjamin ketersediaan pangan sebagai hak dasar setiap warganya.
Ketika kepercayaan itu tumbuh, isu negatif akan meredup, digantikan oleh optimisme kolektif bahwa Indonesia mampu berdiri kokoh sebagai negara dengan kedaulatan pangan yang kuat.(ant)
*)Penulis: Entang Sastraatmadja adalah Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat