Bencana Banjir dan Longsor Sumatera: 914 Korban Jiwa, Penyelamatan, dan Penegakan Hukum Kerusakan Hutan
Salah satu subjek hukum yang disegel Kementerian Kehutanan (Kemenhut) karena terindikasi menjadi faktor terjadinya banjir di Sumatera-Foto : ANTARA-
KORANPALPOS.COM - Yusmidar (50), korban selamat dari bencana longsor di Padang Laweh, Tinggam, Jorong Harapan, Nagari Sinuruik Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, tak berhenti mengucap rasa syukur.
Dia bersama empat anaknya dan ayahnya selamat dari hantaman longsor yang begitu dahsyat menerjang rumahnya menjelang subuh sekitar pukul 04.00 WIB pada Jumat (28/11).
"Allah maha besar. Meskipun rumah saya habis tak berbekas. Keluarga saya bisa selamat," ucapnya, Rabu (03/12/2025), di sebuah musholla tempat mengungsi keluarga itu sementara.
Raut kesedihan mendalam terpancar di wajah Yusmidar yang baru ditinggal suaminya lima bulan lalu.
Jam menunjukkan pukul 03.00 WIB pada Jumat (28/11) itu, katanya, memulai kisahnya.
Matanya tidak mau terpejam di tengah derasnya hujan. Tiba-tiba anak perempuan yang paling kecil Asyifa Nur Rahmadhani (8) gelisah dan tidak mau tidur.
"Ada apa nak," tanyanya. Anaknya menjawab ayahnya yang baru lima bulan meninggal memanggil minta tolong hampir tiga kali.
"Kenapa abak (ayah) memanggil mak (ibu)?" kata bocah yang biasa dipanggil Syifa itu.
"Perasaan Syifa saja, mana mungkin Abak memanggil," jawab Yusmidar.
Setelah itu, dia mengajak anaknya rebahan untuk tidur. Namun, tiba-tiba anaknya berteriak keras minta tolong.
Tak lama berselang terdengar suara gemuruh dan bunyi hantaman yang begitu keras.
Tanpa dia sadari rumahnya mulai gelap dan dipenuhi lumpur bercampur air setinggi leher.
Di dalam kepanikannya, Yusnimar bisa menggapai kayu yang ada di dekatnya dan berpegangan sambil memanggil anak-anaknya.
"Beruntung saya bisa memegang kayu yang tersangkut dan bisa jadi tempat berpegangan. Saat itu yang teringat hanya anak-anak saya," katanya.