Selain itu, distribusi yang lebih lancar dan minimnya gangguan cuaca turut berperan dalam menekan harga.
Untuk komoditas beras, penurunan tipis diyakini sebagai hasil dari intervensi pemerintah melalui program SPHP dan penyaluran beras Bulog di berbagai pasar.
Penurunan harga jagung dan kedelai impor kemungkinan dipengaruhi oleh penguatan nilai rupiah terhadap dolar AS, sehingga harga barang impor menjadi lebih terjangkau.
Bagi konsumen rumah tangga, tren penurunan harga pangan ini membawa kabar baik karena dapat mengurangi beban pengeluaran, terutama menjelang pertengahan bulan di mana daya beli biasanya mulai menurun.
Namun, bagi sebagian petani dan peternak, penurunan harga ini bisa menjadi tantangan karena margin keuntungan berpotensi menurun.
Pemerintah diharapkan dapat menjaga keseimbangan harga yang menguntungkan kedua pihak, baik konsumen maupun produsen.
Caranya, antara lain dengan mengatur distribusi, memperluas akses pasar bagi petani, dan memastikan rantai pasok tetap stabil.
Bapanas mengimbau masyarakat untuk tetap bijak dalam berbelanja dan memanfaatkan momentum harga yang lebih rendah untuk membeli kebutuhan pokok secara terencana.
Selain itu, pemerintah juga mengajak semua pihak, termasuk pelaku distribusi dan pedagang, untuk tidak melakukan penimbunan barang yang dapat memicu gejolak harga di kemudian hari.
“Stabilitas harga pangan menjadi salah satu prioritas kami, apalagi menjelang akhir musim kemarau yang biasanya rawan gejolak harga. Kami akan terus memantau perkembangan di lapangan dan melakukan langkah-langkah antisipatif jika terjadi kenaikan harga yang tidak wajar,” kata salah satu pejabat Bapanas.
Dengan kondisi ini, diharapkan harga pangan tetap terjaga di level yang terjangkau bagi masyarakat, sekaligus memberikan keuntungan yang wajar bagi produsen dan pedagang.