PALEMBANG - Sebanyak 240 orang, 30 diantaranya hadir secara offline mengikuti Kajian Sejarah Lokal Series #1 Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri. Kegiatan mengambil tema “Artefak sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah dalam Undang-Undang Cagar Budaya di Sumatera Selatan”. Yang dipusatkan di Laboratorium Pendidikan Sejarah Kampus Ogan Palembang, pada Sabtu (3/2).
Dalam kesempatan tersebut sebelum kajian kolektor peninggalan Kedatuan Sriwijaya H. Ibrahim Saad, S.H., M.E yang juga narasumber kajian memberi hibah berupa 60 artefak keramik Sriwijaya kepada pihak Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri dan diterima langsung oleh Wakil Dekan II, Dr. Nyimas Aisyah, M.Pd., Ph.D. yang mewakili Dekan FKIP Dr. Hartono, M.A dan didampingi Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unsri Dr. Hudaidah, M.Pd.
Wakil Dekan II, Dr. Nyimas Aisyah, M.Pd., Ph.D. yang mewakili Dekan FKIP Dr. Hartono, M.A. dalam pembukaan mengatakan, agar Labdik Sejarah FKIP Unsri menghadirkan benda-benda dari koleksi Kedatuan Sriwijaya.
“Karena Universitas Sriwijaya dengan nama dan lokasinya mengemban dan harus mengedepankan data-data, koleksi, pusat pendidikan tentang Kedatuan Sriwijaya.
BACA JUGA:PLN Bangun Infrastruktur Ketenagalistrikan SUTT 150 kV
BACA JUGA:KAI Palembang Siapkan 16.618 Tiket Libur Isra Mikraj dan Imlek
Alhamdulillah kegiatan kajian sejarah lokal Series #1 ini mengkaji artefak Sriwijaya. Sekaligus kami mengucapkan apresiasi tinggi kepada kolektor H. Ibrahim Saad, S.H., M.E. Yang selain sebagai narasumber juga memberi hibah berupa 60 artefak keramik Sriwijaya. Untuk memperkaya koleksi dan bahan pembelajaran sejarah di Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri,” katanya.
Sedangkan narasumber pertama, H. Ibrahim Saad, S.H., M.E. mengkisahkan dengan sangat inspriratif tentang berbagai koleksi yang dimilikinya.
Ibrahim mengaku ketika berada di sekolah menengah sudah tertarik pada sejarah Kedatuan Sriwijaya dari narasi yang disampaikan guru sejarah.
Namun narasi ini lanjut dia, dirasakannya belum lengkap karena tidak ditunjang berbagai bukti.
“Ketika saya bekerja di Kementerian Keuangan DJPb KPPN Palembang tahun 1988 yang kantornya dekat dengan Pasar Cinde. Rasa penasaran begitu tinggi saya sering keliling di Pasar Cinde dan menemukan berbagai artefak Sriwijaya yang dijual di sana,” katanya.
BACA JUGA:GI 150 kV Pendopo Resmi Beroperasi secara Penuh
BACA JUGA:PLN Tuntaskan 13 PSN di Sumbagsel pada 2023
Dengan kegigihan dan kecintaannya lanjut Ibrahim, dirinya kemudian berusaha menemukan tangan pertama berbagai artefak yang dijual di Pasar Cinde.
Selanjutnya kata Ibrahim, dia banyak terhubung dengan para penyelam yang mencari emas di Sungai Musi. Dimana selain emas, mereka menemukan berbagai guci, keramik dan mata uang berbagai dinasti di Cina semasa Kedatuan Sriwijaya.