Seiring dengan berkembangnya industri kuliner, gulai kepala ikan kakap juga mengalami inovasi.
Beberapa restoran menyajikan versi lebih modern seperti gulai tanpa santan (menggunakan susu almond atau santan rendah lemak), atau disajikan dalam bentuk rice bowl yang lebih praktis.
Chef-café modern bahkan mengemas gulai kepala ikan kakap sebagai sajian fine dining dengan plating menarik, namun tetap mempertahankan rasa otentik dari rempah-rempah khas Nusantara.
Pakar kuliner dan budayawan Indonesia menekankan pentingnya pelestarian masakan tradisional seperti gulai kepala ikan kakap sebagai warisan budaya tak benda.
"Kuliner adalah identitas bangsa. Kita harus bangga memiliki kekayaan rasa seperti ini dan menjaganya tetap hidup di tengah gempuran makanan cepat saji," ujar Nina Rahayu, dosen kuliner dari Universitas Negeri Jakarta.
Melalui berbagai festival makanan, lomba masak tradisional, hingga promosi digital di media sosial, gulai kepala ikan kakap terus dikenalkan kepada generasi muda agar tidak terlupakan.
Gulai kepala ikan kakap adalah simbol cita rasa Indonesia yang kaya, penuh warna, dan sarat makna.
Dari dapur sederhana rumah hingga meja restoran mewah, kehadirannya selalu memberikan kehangatan dan kenikmatan yang tak terlupakan.
Sebuah bukti bahwa kuliner Indonesia, khususnya masakan berbasis rempah, tetap relevan dan terus dicintai lintas generasi.*