Untuk versi angkot, interiornya sangat minim: kursi berbusa tipis, tanpa AC, dan hanya ventilasi udara dari jendela.
Namun jika digunakan sebagai travel, biasanya ditambahkan AC double blower, kursi reclining berbusa tebal, dan jarak antar kursi yang lega.
Sayangnya, bagasi L300 minibus sangat terbatas karena terdesak oleh baris kursi belakang.
Meskipun pintu bagasi bisa ditambahkan oleh karoseri, tetap saja kapasitas penyimpanan barangnya kalah jauh dibandingkan Hiace Commuter.
Dengan segala kelebihannya, L300 tetap menghadapi tantangan besar di era kendaraan modern.
Kompetitor seperti Isuzu Elf dan Toyota Hiace menawarkan kenyamanan, fitur lengkap, dan desain modern langsung dari pabrik.
Sementara L300 masih bertahan dengan desain lama dan minim pembaruan.
Para pengguna setia menyebut L300 sebagai "gapuro kabupaten" — simbol kendaraan pekerja keras yang tahan banting di segala medan.
Namun, kini L300 perlahan mulai tersisih, tersisa hanya sebagai armada jemputan karyawan, angkot pedesaan, atau mobil logistik ringan.
Keterbatasan kenyamanan, getaran mesin diesel yang tinggi, dan kabin minim isolasi suara menjadi tantangan tersendiri jika L300 ingin terus bersaing di kelas travel eksekutif.
Kendati demikian, reputasinya sebagai kendaraan tahan banting tetap menjadikannya pilihan utama untuk keperluan operasional yang mengandalkan ketangguhan, bukan kemewahan.