LUBUKLINGGAU - Untuk Percepatan penurunan stunting Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel melalui Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), telah merekrut satuan tugas stunting atau yang disebut Tekhnical Asistant, untuk setiap kabupaten/kota.
Jamil Amir Sikumbang Satgas stunting untuk Kota Lubuklinggau, menjelaskan bahwa angka stunting Kota Lubuklinggau pada 2022 sebanyak 11,7 persen. Angka tersebut berada dibawah rata-rata nasional yang berada diangkan14 persen.
"Untuk tahun 2023, masih menunggu release dari SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) dan SKI (Survei Kesehatan Indonesia) harapannya angka stunting di Kota Lubuklinggau menurun," ungkap Jamil.
Sembari menunggu hasil SSGI dan SKI, dikatakan Jamil, satgas stunting di Lubuklinggau tidak hanya tinggal diam.
BACA JUGA:Pertamina Beri Sanksi Setop Pasokan Solar SPBU di Banyuasin, Ini Penyebabnya !
BACA JUGA:BKPSDM Batalkan Kelulusan Dua PPPK Asal Banyuasin
Sebaliknya berbagai upaya untuk penurunan stunting terus dilanjutkan.
"Jadi satgas stunting fokus pada 7 tugasnya salah satunya berkordinasi dengan TPK (Tim Pendamping Keluarga)," ujarnya.
Di Kota Lubuklinggau ada 72 kelurahan, yang mana anggota TPK terdiri dari 3 orang yakni bidan atau kader PPK.
Selain itu juga berkordinasi dengan penyuluh KB di delapan kecamatan kota Lubuklinggau.
BACA JUGA:Belum Ada Bimwin, Kemenag OKI Tunggu MP Pusat
BACA JUGA:Kabar Gembira ! ASN OKU Bakal Terima Tukin Selama 6 Bulan
Kedua, indentifikasi AKS audit kasus stunting yang mana kegiatan beresiko stunting ibu hamil, calon penganti, ibu paska persalinan dan bayi berumur 0-23 bulan.
setelah ditemukan identifikasi yang mana kasus berat untuk dibantu sasaranya setelah itu kordinasi dengan TPK dan PL KB untuk mengisi kertas kerja kursioner, setelah kertas kerja sudah diisi akan diarahkan dengan tim pakar spesialis kandungan, spesialis anak, spealis gizi dan psikolog.
"Setelah itu tim pakar mengindentifikasi hasil kerta kerja tersebut untuk diagnosis," ujarnya.