Analis menilai bahwa kebijakan moneter ketat The Fed sering kali menjadi faktor dominan yang mempengaruhi pasar keuangan global, terutama aset berisiko tinggi seperti saham dan mata uang kripto.
Dalam beberapa bulan terakhir, investor telah memperkirakan potensi perubahan kebijakan moneter AS sebagai upaya untuk menekan inflasi yang masih berada di atas target.
“Hal ini mensinyalir tingginya kekhawatiran investor terhadap potensi risiko ke depan yang mungkin dapat terjadi jika The Fed mulai kembali menaikkan suku bunga guna menekan inflasi. Risiko tersebut di antaranya seperti potensi berpindahnya dana investasi dalam jumlah besar kembali ke instrumen berisiko rendah seperti dolar dan obligasi pemerintah AS dari pasar saham dan kripto,” ungkap Fahmi.
BACA JUGA:Bursa Kripto CFX Siap Bantu Indodax Penuhi Standar Keamanan Bappebti
BACA JUGA:Booming Kripto : OJK Catat Nilai Transaksi Tembus Rp344 Triliun di 2024 !
Dengan tingkat suku bunga yang tinggi, investor cenderung mengalihkan dana mereka dari aset berisiko tinggi seperti Bitcoin ke aset yang lebih aman, seperti obligasi pemerintah dan dolar AS.
Oleh karena itu, pasar kripto sering mengalami tekanan setiap kali ada pengumuman kebijakan moneter dari The Fed.
Selain kebijakan moneter, peluncuran teknologi kecerdasan buatan (AI) DeepSeek turut menjadi faktor yang meningkatkan ketidakpastian pasar, terutama bagi saham-saham teknologi yang selama ini dianggap memiliki prospek pertumbuhan tinggi.
Ketika teknologi baru muncul, investor sering kali mengalihkan fokus mereka ke sektor yang mereka anggap lebih menjanjikan.
Dalam hal ini, AI telah menjadi salah satu sektor yang menarik perhatian besar, dengan banyak perusahaan berlomba-lomba untuk mengembangkan produk berbasis kecerdasan buatan. Namun, dampaknya terhadap kripto masih belum sepenuhnya terlihat.
"Meski demikian, pemulihan harga Bitcoin menjadi sinyal positif terhadap daya tahan aset digital tersebut. Data dari Coinglass menunjukkan bahwa aliran dana masuk neto ETF Bitcoin spot pada 30 Januari 2024 mencapai 266,6 juta dolar AS, mencerminkan kepercayaan investor yang masih kuat terhadap aset kripto, meskipun berada dalam tekanan kebijakan moneter AS," jelas Fahmi.
Inflasi yang tinggi dan pendekatan hati-hati The Fed menunjukkan bahwa suku bunga kemungkinan akan tetap berada di level tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal ini dapat terus memberikan tekanan bagi aset berisiko, termasuk kripto dan saham.
Dalam menghadapi dinamika ini, investor disarankan untuk memiliki portofolio investasi yang seimbang.
“Semakin tingginya ketidakpastian pasar membuat investor perlu mengantisipasi lebih banyak kemungkinan ke depan yang bisa terjadi. Diversifikasi lintas sektor dengan turut mengombinasikan beberapa instrumen seperti misalnya stablecoin, saham AS, serta Bitcoin dan altcoin, menjadi salah satu opsi yang menarik,” ujar Fahmi.
Bagi investor yang mengutamakan fundamental aset, Fahmi menyarankan untuk fokus pada kripto dengan kapitalisasi pasar besar atau menggunakan fitur Packs di Reku, yang memungkinkan investasi dalam berbagai aset kripto blue chip secara praktis.
Selain itu, fitur Insights di platform Reku juga dapat membantu investor dalam mengambil keputusan investasi berbasis data, dengan mengidentifikasi saham yang sedang diskon serta tren viral di media massa dan sosial.