SEMARANG - Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tinggal menghitung hari. Di tengah masa kampanye yang akan berakhir hingga 10 Februari mendatang, pemilih jangan sampai terjebak deepfake ketika akan menentukan pilihannya.
Pada warsa 2024 akan menjadi tahun yang penting untuk bangsa Indonesia karena pada tahun ini akan mengadakan pesta demokrasi besar-besaran, yaitu pemilu anggota legislatif sekaligus Pemilu Presiden/Wakil Presiden RI.
Dengan demikian, pemilih pada hari Rabu, 14 Februari 2024, akan memilih calon anggota legislatif (caleg) pada Pemilu Anggota DPR RI, Pemilu Anggota DPD RI, dan pemilu anggota DPRD provinsi/kabupaten/kota. Pada hari yang sama, mereka juga akan memilih peserta Pilpres 2024.
Namun, sayangnya hajat besar bangsa Indonesia itu sering kali dicederai dengan politik tidak etis oleh seorang calon ataupun sebuah partai. Mereka menyebarkan berita bohong atau hoaks dari lawan mereka, salah satunya adalah melalui deepfake.
BACA JUGA:Masjid Al Fatah Sediakan Kas Khusus Bagi Anak Yatim
BACA JUGA:Relawan Siapkan Lagu
Deepfake, salah satu tipe dari kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), menurut pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha, memiliki potensi yang sangat berbahaya terhadap pemilu dan proses demokrasi secara keseluruhan.
Di tengah masa kampanye Pemilu 2024, muncul istilah Generative AI atau Gen AI yang merupakan sebutan untuk teknologi kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan konten, gambar, teks, atau data baru yang memiliki karakteristik seperti manusia.
Gen AI, menurut Pratama, telah diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pembuatan gambar realistis, pembuatan teks, bahkan untuk keperluan keamanan siber.
Gen AI merupakan suatu teknologi yang mau tidak mau harus dihadapi oleh semua pihak, termasuk Indonesia. Beberapa negara lain yang berusaha mengatur penggunaan Gen AI, antara lain, Australia, Inggris, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Uni Eropa, Prancis, Irlandia, Israel, Italia, Jepang, Spanyol, dan Amerika Serikat.
BACA JUGA: Pemilih Bimbang : Penentu Jalannya Pilpres 2024
BACA JUGA:Vidio Ajak Warga Memilih Calon Tertentu Viral, Bawaslu Ogan Ilir Akhirnya Periksa Kades AP
Dijelaskan pula bahwa deepfake adalah rekaman audio atau video yang telah disunting dengan kecerdasan buatan (AI) sehingga tampak seolah-olah orang yang terekam benar-benar mengucapkan atau melakukan hal tersebut.
Publik kemungkinan masih ingat beredarnya potongan video Presiden RI Joko Widodo berpidato menggunakan bahasa Mandarin. Ini merupakan contoh video hoaks dengan teknologi AI atau deepfake yang sempat membuat geger publik menjelang akhir tahun 2023 karena Jokowi terlihat fasih berbicara bahasa Mandarin dalam pidato kenegaraannya.
Pratama mengibaratkan Gen AI pisau bermata dua. Di satu sisi, Gen AI juga dapat untuk melakukan serangan siber seperti menghasilkan serangan yang lebih canggih dan sulit dideteksi, menciptakan kesenjangan keamanan yang lebih besar antara penyerang dan pembela.