Menurut Amran, kebijakan kenaikan harga gabah dan jagung menjadi langkah awal menuju swasembada pangan.
Dengan harga yang lebih kompetitif, petani akan lebih termotivasi untuk meningkatkan produksi.
Selain itu, dukungan dari program irigasi, pupuk, dan optimasi lahan akan memberikan fondasi kuat untuk pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia.
Kenaikan harga gabah dan jagung membawa harapan baru bagi petani, terutama mereka yang menggantungkan penghasilan pada sektor pertanian.
Dengan harga yang lebih tinggi, pendapatan petani diproyeksikan akan meningkat.
Hal ini diharapkan dapat mendorong kesejahteraan petani serta memperkuat kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional.
Seorang petani dari Kalimantan Selatan, Sutrisno, mengungkapkan kegembiraannya atas keputusan ini.
“Kami sangat bersyukur atas perhatian pemerintah terhadap nasib petani. Dengan kenaikan harga gabah, kami merasa lebih dihargai,” ujarnya.
Selain itu, langkah pemerintah dalam meningkatkan alokasi pupuk juga mendapat apresiasi.
“Selama ini kami sering kesulitan mendapatkan pupuk, terutama saat musim tanam. Dengan kebijakan baru ini, kami optimis hasil panen bisa lebih baik,” tambah Sutrisno.
Meskipun kebijakan ini disambut baik, tantangan di sektor pertanian tetap ada.
Fluktuasi harga pangan global, perubahan iklim, dan kebutuhan akan modernisasi alat pertanian menjadi beberapa isu yang perlu mendapat perhatian.
Pemerintah diharapkan terus berupaya mengatasi tantangan ini melalui inovasi dan dukungan kebijakan yang konsisten.
Amran juga mengingatkan pentingnya kerja sama antara pemerintah pusat, daerah, dan petani untuk mencapai tujuan bersama.
“Kunci keberhasilan kebijakan ini adalah sinergi semua pihak. Dengan semangat gotong-royong, kita bisa mewujudkan Indonesia sebagai negara swasembada pangan,” tutupnya.
Kenaikan harga gabah dan jagung pada tahun 2025 menunjukkan komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani.