“Kami berharap masalah komunikasi dalam keluarga ini bisa diperbaiki. Jangan sampai orang tua yang sudah lanjut usia harus hidup terlantar,” ujar Hasan.
Keluarga kakek dan nenek ini diketahui berasal dari Desa Muara Kati, Kabupaten Musi Rawas.
Mereka memiliki lima anak, tetapi hanya satu anak yang tinggal di Lubuklinggau, sementara yang lain berada di luar daerah.
Setelah menjalani perawatan di RSUD Siti Aisyah, keluarga berencana membawa kakek Cik Dung dan nenek Muya pulang ke Rejang Lebong.
Kisah pasutri lansia ini menjadi pengingat bagi banyak orang tentang pentingnya perhatian terhadap orang tua, terutama mereka yang sudah lanjut usia.
Komunikasi yang baik antara anggota keluarga sangat diperlukan untuk menghindari konflik yang dapat menyebabkan orang tua terlantar.
“Alhamdulillah, berkat bantuan banyak pihak, pasutri ini mendapatkan perhatian dan perawatan yang layak. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua,” ucap Ratiah.
Kisah ini juga menunjukkan pentingnya kepekaan masyarakat terhadap kondisi di sekitar mereka.
Bantuan sederhana seperti memberi makanan atau melaporkan kasus kepada pihak berwenang dapat menjadi langkah awal untuk menyelamatkan kehidupan seseorang.
Dinas Sosial mengimbau masyarakat untuk lebih peduli kepada lansia yang membutuhkan.
“Kita semua memiliki tanggung jawab moral untuk membantu mereka. Jangan ragu melapor jika menemukan kondisi seperti ini,” tegas Hasan.
Warga juga diingatkan untuk memanfaatkan layanan yang disediakan pemerintah, seperti panti sosial, untuk membantu lansia yang tidak memiliki keluarga atau tempat tinggal.
Kini, dengan berpulangnya kakek Cik Dung, masyarakat Lubuklinggau memberikan penghormatan terakhir kepada sosok yang telah menginspirasi banyak orang.
Doa dan harapan mengalir dari berbagai pihak agar almarhum diberikan tempat terbaik di sisi-Nya.
Semoga kisah ini menjadi pengingat bagi semua pihak untuk lebih peduli terhadap lansia, menjaga hubungan keluarga, dan membantu sesama.
Selamat jalan, kakek Cik Dung !