"Kalau pinjam genset, kita juga mesti pinjam mobil ke Dinas Perkim untuk membawa genset tersebut saat akan digunakan. Sebab, kalau ditinggal di sana, bisa saja nanti dicuri lagi," imbuh Fajar.
Namun, meskipun solusi ke dua ini terdengar menjanjikan, Fajar menyebutkan ada kendala anggaran untuk pembelian bahan bakar genset.
"Kita tidak bisa menggunakan biosolar (BBM bersubsidi), harus gunakan Dexlite dan ini butuh biaya yang besar. Perhitungan kami, biaya operasionalnya mencapai Rp1,4 juta per hari," ujarnya.
BACA JUGA:UMK di OKU Naik Menjadi Rp3,6 Juta
BACA JUGA:Ibu dan Batita Tersambar Petir di Muara Lakitan, Begini Kronologisnya !
Kendala anggaran ini menjadi perhatian serius bagi Perumda, mengingat anggaran yang terbatas dan kebutuhan masyarakat yang mendesak.
Tanpa dukungan anggaran yang memadai, sulit untuk memastikan kelangsungan pasokan air bersih.
Ketika ditanya mengenai penggantian trafo yang dicuri, Fajar menjelaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Prabumulih terkait hal tersebut.
"Kalau tahun ini, karena sudah di ujung tahun, tidak bisa dilakukan. Kemungkinan penggantian trafo bisa dilakukan di awal tahun 2025 mendatang," pungkasnya.
Untuk diketahui, sejak beberapa waktu terakhir, pelanggan Perumda Tirta Prabujaya melaporkan kesulitan dalam mendapatkan pasokan air bersih.
Masalah ini timbul sejak terjadinya pencurian trafo milik perusahaan, yang merupakan penyebab utama terhentinya pasokan air.
Trafo yang dicuri berfungsi untuk mengalirkan tenaga listrik ke pompa air, sehingga tanpa alat tersebut, distribusi air bersih menjadi terhambat.