Faktor lain yang turut memengaruhi adalah meningkatnya permintaan menjelang liburan akhir tahun.
Konsumsi masyarakat cenderung meningkat pada periode ini, sehingga mendorong kenaikan harga, terutama pada komoditas seperti daging ayam, telur, dan cabai.
Ketua Asosiasi Peternak Ayam Nasional, Andi Setiawan, menyebutkan bahwa kenaikan harga pakan juga menjadi salah satu penyebab utama naiknya harga daging ayam ras.
"Harga pakan terus meningkat, sehingga biaya produksi menjadi lebih tinggi.
Hal ini otomatis berdampak pada harga jual daging ayam di pasaran," ujarnya.
Menanggapi kondisi ini, Badan Pangan Nasional menyatakan akan terus memantau harga pangan di seluruh wilayah Indonesia.
Pemerintah juga tengah mempersiapkan sejumlah langkah untuk menstabilkan harga, termasuk mempercepat distribusi logistik dan meningkatkan stok cadangan pangan nasional.
“Kami akan mengoptimalkan kerja sama dengan Bulog untuk mendistribusikan beras SPHP ke wilayah-wilayah yang mengalami kenaikan harga signifikan. Selain itu, kami juga akan mempercepat distribusi komoditas lain, seperti daging dan minyak goreng,” kata Kepala Badan Pangan Nasional, Budi Santoso.
Selain itu, pemerintah berencana menggelar operasi pasar di beberapa daerah untuk menekan harga bahan pokok yang meningkat drastis.
Operasi pasar ini diharapkan dapat memberikan akses lebih murah bagi masyarakat sekaligus menstabilkan harga di pasar.
Siti Maryam, seorang ibu rumah tangga di Jakarta Selatan, mengaku merasakan dampak kenaikan harga bahan pangan, khususnya daging ayam dan telur.
“Setiap minggu belanja jadi lebih mahal. Daging ayam yang biasanya Rp35 ribu per kg, sekarang hampir Rp37 ribu. Ini tentu memberatkan bagi kami yang penghasilannya pas-pasan,” keluhnya.
Di sisi lain, pedagang seperti Ahmad di Pasar Induk Kramat Jati menyebutkan bahwa kenaikan harga ini memang memengaruhi daya beli masyarakat.
“Banyak pelanggan yang mengurangi jumlah belanjaannya karena harga naik. Namun, kami juga tidak bisa menjual lebih murah karena modalnya sudah mahal,” ungkapnya.
Selain pemerintah, masyarakat juga diimbau untuk lebih bijak dalam berbelanja.
Mengutamakan bahan pangan lokal dan memanfaatkan alternatif bahan makanan yang lebih terjangkau bisa menjadi salah satu solusi.