Tahu Sumedang pertama kali diciptakan pada tahun 1960-an di Sumedang, oleh seorang pengusaha tahu bernama Haji Oto.
Awalnya, tahu Sumedang dibuat secara sederhana sebagai usaha rumahan.
Proses pembuatan tahu Sumedang melibatkan bahan baku kedelai yang diproses dengan cara tradisional, namun perbedaan utamanya terletak pada cara penggorengan dan bumbu yang digunakan.
Tahu Sumedang mulai dikenal karena rasanya yang unik dan cara penyajiannya yang praktis.
Tidak seperti tahu biasa yang hanya digoreng dan disajikan begitu saja, tahu Sumedang digoreng dua kali.
Proses penggorengan pertama memberikan tekstur yang lebih lembut, sementara penggorengan kedua menciptakan lapisan luar yang garing dan renyah.
Proses pembuatan tahu Sumedang dimulai dengan pemilihan kedelai berkualitas tinggi. Kedelai direndam dalam air selama beberapa jam sebelum diproses menjadi susu kedelai.
Susu kedelai ini kemudian dicampur dengan bahan-bahan seperti ragi dan bahan penggumpal lainnya untuk membentuk dadih.
Setelah dibentuk, dadih tersebut dimasukkan ke dalam cetakan dan dipadatkan.
Setelah tahunya siap, tahap selanjutnya adalah penggorengan. Tahu Sumedang digoreng dua kali untuk mendapatkan tekstur yang khas.
Pada penggorengan pertama, tahu dimasak dalam minyak panas dengan api kecil agar bagian dalamnya matang sempurna, sementara penggorengan kedua dilakukan dengan api besar untuk menghasilkan permukaan tahu yang kering dan renyah.
Proses ini membutuhkan keterampilan dan pengalaman agar tahu yang dihasilkan memiliki rasa yang sempurna, baik dari segi kelembutan maupun kerenyahannya.
Tahu Sumedang memiliki cita rasa yang unik dan sangat menggoda.
Bagian luar yang garing dan renyah memberikan sensasi kerenyahan yang enak di mulut, sementara bagian dalamnya tetap lembut dan kenyal.
Perpaduan ini membuatnya menjadi camilan yang sempurna, baik sebagai teman makan nasi, pelengkap lauk, maupun sebagai makanan ringan saat santai.
Selain rasanya yang lezat, tahu Sumedang juga sering dijadikan sebagai lauk pendamping dalam berbagai hidangan.