4. Lahat: 63.351 ton
5. Muara Enim: 57.671 ton
Wilayah-wilayah ini meskipun memiliki kapasitas produksi yang lebih rendah, tetap menjadi bagian penting dari rantai pasok pangan Sumsel.
Tahun 2024 membawa berbagai tantangan bagi petani Sumsel, termasuk banjir akibat perubahan iklim, serangan hama, dan kemarau yang memengaruhi siklus tanam.
Namun, berkat strategi mitigasi yang tepat, dampak dari tantangan ini berhasil diminimalisir.
Program mitigasi tersebut meliputi:
1. Penguatan Infrastruktur: Perbaikan irigasi untuk mengatasi banjir dan menjaga ketersediaan air selama musim kemarau.
2. Distribusi Bantuan Cepat: Bibit unggul, pupuk, dan alat pertanian diberikan kepada petani terdampak.
3. Pelatihan Petani: Pemerintah mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola risiko pertanian.
Menurut Wahyu, kebijakan yang responsif dari pemerintah daerah menjadi faktor utama yang menjaga stabilitas produksi padi di Sumsel.
Dengan potensi yang dimiliki, Sumsel berpeluang besar menjadi penyumbang utama beras untuk kebutuhan nasional.
Keberhasilan ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan daerah, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap target swasembada pangan Indonesia.
Sumsel kini menjadi contoh bagaimana kombinasi antara dukungan program pemerintah, inovasi teknologi, dan sinergi dengan petani lokal dapat menciptakan ekosistem pertanian yang tangguh.
Peningkatan produksi padi di Sumatera Selatan menunjukkan bahwa provinsi ini memiliki kapasitas besar untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Dengan memanfaatkan lahan pertanian yang luas, dukungan program pemerintah yang konsisten, serta keterlibatan aktif para petani, Sumsel berhasil mencatatkan tren positif dalam produksi beras tahun 2024.
Ke depan, optimalisasi potensi pertanian di Sumsel tidak hanya akan mendukung kebutuhan pangan domestik, tetapi juga membuka peluang untuk menjadikannya salah satu lumbung padi terbesar di Indonesia.