"Droplet atau cipratan air liur dari bersin, batuk, atau berbicara bisa menyebar melalui udara. Jika droplet ini menempel pada permukaan benda, termasuk kipas angin, bakteri tersebut dapat bertahan cukup lama," jelasnya.
Sementara itu, terkait mandi malam, dr. Wahyuni menegaskan bahwa kebiasaan tersebut tidak menyebabkan pneumonia.
"Mandi malam hanya memengaruhi suhu tubuh seseorang. Bila kondisi tubuh kurang sehat atau daya tahan tubuh menurun, risiko terkena penyakit memang lebih tinggi, tetapi bukan langsung karena mandi malam," tambahnya.
Menurut data UNICEF pada 2019, hampir 2.200 anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap hari akibat pneumonia di seluruh dunia.
Di Indonesia, data Kementerian Kesehatan mencatat bahwa pneumonia menyumbang 14,5 persen kematian bayi dan lima persen kematian balita.
"Pneumonia adalah penyakit menular yang dapat dicegah. Penanganan dan pencegahan yang tepat, termasuk imunisasi, sangat penting untuk menekan angka kematian akibat penyakit ini," kata dr. Wahyuni.
Pemberian vaksin konjugat pneumokokus (PCV) secara luas telah terbukti efektif mengurangi beban penyakit pneumonia.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga merekomendasikan pemberian vaksin PCV15 untuk memperluas perlindungan terhadap bakteri pneumokokus.
Selain itu, dr. Wahyuni mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan, ventilasi udara yang baik, serta memastikan anak-anak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk memperkuat daya tahan tubuh.
"Peningkatan kesadaran akan pentingnya vaksinasi dan upaya pencegahan lain menjadi kunci dalam melawan pneumonia," tutupnya.
Dengan penanganan yang tepat dan langkah pencegahan, penyakit ini dapat ditekan sehingga generasi muda memiliki peluang hidup lebih sehat dan berkualitas.