Kacang tanah menjadi sumber pendapatan bagi jutaan petani kecil, yang mengandalkan hasil panen untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
BACA JUGA:Menelusuri Perbedaan Batagor dan Siomay: Dua Kuliner Khas Indonesia yang Tak Terpisahkan
BACA JUGA:Depresi Jadi Gangguan Psikiatrik yang Muncul pada Anak dengan Kanker
Produksi kacang tanah di Indonesia mencapai lebih dari 1 juta ton setiap tahun.
Provinsi seperti Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan merupakan daerah penghasil utama.
Permintaan kacang tanah yang terus meningkat, baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor, memberikan peluang bagi petani untuk meningkatkan penghasilan mereka.
Kacang tanah juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam industri makanan.
Produk olahan dari kacang tanah, seperti selai kacang, keripik, dan makanan ringan, sangat populer di pasaran.
Dengan meningkatnya kesadaran akan manfaat kesehatan kacang tanah, permintaan untuk produk berbasis kacang tanah diperkirakan akan terus meningkat.
Meskipun memiliki banyak manfaat, budidaya kacang tanah juga membawa dampak lingkungan yang perlu diperhatikan.
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia dalam pertanian kacang tanah dapat merusak ekosistem dan mengurangi kualitas tanah.
Oleh karena itu, praktik pertanian berkelanjutan perlu diterapkan untuk meminimalkan dampak negatif ini.
Beberapa petani telah mulai beralih ke metode pertanian organik yang lebih ramah lingkungan.
Dengan mengurangi penggunaan bahan kimia dan mengadopsi teknik pertanian yang lebih berkelanjutan, petani dapat meningkatkan kualitas hasil panen sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Selain itu, penggunaan tanaman penutup seperti legum dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi erosi.
Kacang tanah adalah komoditas yang kaya akan manfaat kesehatan dan potensi ekonomi.