Meski mayoritas komoditas mengalami kenaikan harga, ada beberapa yang justru mengalami penurunan.
Kedelai biji kering (impor), salah satu bahan utama untuk industri tahu dan tempe, mengalami penurunan harga sebesar 1,40 persen atau Rp150 menjadi Rp10.550 per kg.
Penurunan ini sedikit meringankan beban pengusaha tahu dan tempe yang sebelumnya tertekan oleh harga kedelai yang sempat melonjak tinggi.
Di sisi lain, minyak goreng curah juga mengalami penurunan sebesar 0,84 persen atau Rp140 menjadi Rp16.440 per kg.
Namun, harga minyak goreng kemasan sederhana justru naik sebesar 2,91 persen atau Rp530 menjadi Rp18.740 per kg.
Fluktuasi harga minyak goreng dipengaruhi oleh dinamika pasar global, terutama harga minyak sawit mentah (CPO) yang merupakan bahan baku utama minyak goreng.
Salah satu komoditas yang mengalami kenaikan harga tertinggi adalah jagung, terutama di tingkat peternak.
Harga jagung melonjak hingga 24,62 persen atau Rp1.470 menjadi Rp7.470 per kg.
Kenaikan harga jagung ini berimbas pada industri peternakan, khususnya para peternak unggas yang sangat bergantung pada jagung sebagai pakan utama ternak mereka.
Dampak jangka panjang dari kenaikan ini bisa terasa pada harga produk peternakan seperti telur dan daging ayam, yang pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen.
Di sektor perikanan, beberapa komoditas ikan mengalami kenaikan harga. Ikan kembung tercatat naik sebesar 2,42 persen atau Rp910 menjadi Rp38.450 per kg.
Ikan tongkol dan ikan bandeng juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,99 persen atau Rp310 menjadi Rp31.760 per kg dan 4,37 persen atau Rp1.450 menjadi Rp34.630 per kg.
Kenaikan ini disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu serta faktor distribusi.
Untuk tepung terigu, baik curah maupun non-curah, harga juga mengalami kenaikan.
Tepung terigu curah naik 0,49 persen atau Rp50 menjadi Rp10.170 per kg, sedangkan tepung terigu non-curah naik lebih tinggi sebesar 2,75 persen atau Rp360 menjadi Rp13.440 per kg.
Tepung terigu yang merupakan bahan pokok bagi banyak industri makanan turut mengalami fluktuasi harga karena tingginya permintaan di pasar.